Rabu, 30 November 2016

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini ( 9 )

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini ( 9 )

"Tidak perlu sedih dan berkecil hati.  jika ada orang lain meremehkan kemampuanmu. Banyak orang sukses juga pernah mengalaminya". Kata-kata itu seakan menjadi mukjizat dalam hidupku. Aku mendapatkannya di tempat kumuh kawasan pasar buku loak di kawasan Shopping Center.

Aku sudah lupa dari buku yang mana. Yang aku ingat, warna bukunya sudah kecoklatan. Sudah jauh dari warna aslinya yang putih. Mungkin karena  sudah kumal, buku itu berubah menjadi kekuningan hingga kecoklatan Kalau tidak salah buku motivator.  Karena buku itu memuat kisah-kisah orang sukses.

Penggalan kalimat itu dulu memberikan energi yang luar biasa. Kadang membuat ku menjadi pemberani. Tidak jarang pula membuatku menjadi orang yang optimis. Bahkan  menjadi super optimis.

Mungkin karena menjadi orang yang super optimis, di lingkungan keluarga aku sering dijuluki pengkhayal. Pengkhayal tingkat tinggi. Betapa tidak. Aku sering berkhayal menjadi orang kaya.

Orang kaya seperti apa? Dalam khayalanku dulu, orang kaya itu kalau sudah bisa sarapan pagi di Perancis, makan Siang di Spanyol dan makan malam di Inggris. Atau makan Malam di Jakarta, makan pagi di Singapura dan makan malam di Hongkong.

Bahkan, pada saat tertentu jika aku berantem dengan Bulik atau Bude ku tentang masalah keuangan, aku selalu melawan dengan kata-kata,"Sesuk nek aku wis gede tak saur." Tak jarang, kata-kataku ini menyinggung perasaan mereka.  Kalau mengingatnya aku terkadang menyesal. Kenapa saya dulu bisa begitu. 

Kala itu tak terbayangkan aku bisa mewujudkan semua khayalan itu. Betapa tidak, sehari-hari untuk memenuhi kebutuhanku aku harus jualan es. Setiap pagi aku harus menjanjakan termos ke warung-warung.

Setidaknya setahun aku berjualan es. Dalam setahun aku bisa mengumpulkan uang. Meski tidak banyak. Seingatku, menjelang April aku membuka tabungan, terkumpul sekitar Rp.192.800. Jumlah yang sangat lumayan banyak untuk ukuran tahun itu.

Karena dengan uang itu, aku sudah bisa membeli sebuah sepeda motor.  Namun, aku tidak membeli sepeda motor. Aku membelikan bibit ayam. Pilihan jatuh pada ayam potong.

Masih ingat aku membeli kuthuk ayam potong yang masih berusia tiga hari di sebuah peternakan di kawasan Bantul. Lokasi tepatnya aku tidak berhasil mengingatnya kembali.

Aku membeli lima puluh ekor kuthuk. Kalau tidak salah ingat, harganya Rp 75 ribu. Sisa uangnya tak belikan pakan ayam dan obat-obatan. Jujur, aku benar-benar belum memiliki pengalaman apa pun dalam hal piara ayam seperti itu.

Aku hanya tahu dari buku-buku yang aku baca di shopping center. Dari buku itu, hanya tahu piara ayam potong itu cuma 90 hari. Terus dijual, atau dipotong. Cara jualnya pakai ditimbang dengan kiloan.

Tentu aku harus menyiapkan kandangnya. Aku harus menyiapkan semuanya. Beruntung, pergaulanku di pasar shoping banyak memberikan aku banyak teman. Termasuk para pedagang ayam potong.

Dari mereka aku banyak belajar. Terutama dengan pak Mul. Dia pedagang ayam asal Godean. Meski dia tidak beternak ayam, dia tahu banyak seluk beluk beternak ayam potong . Mungkin, karena dia pedagang ayam, jadi tahu banyak cara piaranya.

Dari Pak Mul aku banyak diajari, mulai tempat membeli pakan, memberikan vaksin dan menjualnya ketika sudah musim potong. Awalnya memang tidak sederhana.

Karena banyak sekali yang harus dipersiapkan. Mulai dari kandangnya, yang harus dijaga kehangatannya. Harus ada listriknya, bukan saja berfungsi sebagai penerangan. Tetapi juga berfungsi menghangatkan.

Namun, setelah dipelajari dan dipraktekkan tidak ada yang sulit. Tiga bulan berikutnya aku bisa memanennya. Dari lima puluh ekor kuthuk yang aku beli, aku masih bisa memanennya sebanyak 44 ekor. Enam ekor lainnya mati.

Lumayan. Dari jumlah itu, aku menjualnya hanya 33 ekor. Sisanya disembelih sendiri. Juga dibagi-bagikan ke saudara. Senang rasanya. Karena dari penjualan ayam itu aku masih bisa mendapatkan Rp 268 ribu.

Dari hasil penjualan itu, aku membelikan bibit ayam lagi. Saat itu, tidak lagi 50 ekor. Tetapi aku membeli  100 ekor. Hingga kemudian aku bisa piara ayam potong 300 ekor.

Sebelum akhirnya, dari ayam potong beralih ke Ayam petelur. Kelas  dua SMP aku beralih ternak ayam petelur. Tentu saja modalnya diambil dari hasil jualan ayam potong.

Untuk beternak ayam telur aku belajar dari tetanggaku yang sangat baik. Dia adalah Pak Muji. Dia dulu seorang penjahit. Namun, selain menjahit dia juga menekuni ternak ayam petelur.

Kebetulan pak Muji memiliki sejumlah anak lelaki, yang membantunya membuat kandang dan sebagainya. Dari mereka pula aku banyak belajar bagaimana membesarkan ayam hingga mampu bertelur. 

Begitulah kesibukan ku waktu SMP. Sepanjang SMP aku bisa memiliki sekitar lima ratus ekor ayam petelur. Setiap hari aku berkutat dengan ayam. Pagi aku memberikan pakan ayam. Siang pulang sekolah, juga begitu.

Mulai bersih-bersih kandang, ngurusi pakan sampai pada menjual telur. Dan akhirnya banyak pedagan yang datang untuk mengambil telur, hingga ada pemasok pakan. Sehingga tidak terlalu sulit untuk melakukan semuanya.

Dari Ayam, kemudian merambah ke burung puyuh. Bahkan, untuk burung puyuh aku bisa menetaskan sendiri. Membuat mesin penetas sendiri. Hingga akhir SMA aku hidup dari peternakan. 

Dan peternakan itu pula yang sedikitnya banyak memberikan aku bisa mengembangkan banyak inspirasi. Karena, dari peternakan itu pula aku bisa membeli buku apa saja.

Bahkan, dari peternakan itu pula aku bisa bergaya. Bisa naik motor, meski hanya motor sederhana Bisa bayar kursus bahasa Inggris, meski sampai sekarang bahasa inggris ku juga tak kunjung baik.

Singkat kata, aku banyak membekali diri dari hasil peternakan itu. Namun, karena aku tidak bercita-cita menjadi peternak, bisnis yang sebenarnya sudah sangat menguntungkan itu aku tinggalkan.


Selepas SMA aku tinggalkan semua itu. Ada obsesi lain yang terus mendorongku untuk mewujudkannya. Obsesi panjang, antara mimpi dan hayalan. Antara angan-angan dan kenyataan. Antara pilihan dan keharusan. ( bersambung )

Senin, 28 November 2016

Dokumentasi Kekinian

KOleksi Foto kekinian
Silahkan kirimkan ke WA saya, foto update terbaru kwan kawan semua - yang lucu lucu boleh ya.. nanti aku tampilkan di sini..
untuk kenanganlah...

terimakasih
contoh:


















PUisi Kekinian (KOmpilasi oleh NasRi)

TERBELENGGU RINDU

Percikan ilahi menggenangi pelangi.
Sang warna warni siap mencerahi bumi.
Tugas sang embun pagi tak pernah dipahami.
Yang ada hanyalah menyejukkan pagi.
Setiap kehidupan selalu menanti.

Sang kuasa menitahkan.
Bagai lautan yang menjaga segala sisi kehidupan.
Bukan untuk menantang kefanaan.
Tapi adalah menjaga jalan menuju surga

Saat kita melewati jembatan sungai Mahakam... lihatlah ke sungai mahakam.. apa yg kita lihat... hamparan air..air....

Lebih kecil dari ukuran pasir.
Benih benih selalu kau tanam di taman.jumlahnya melebihi pasir.
Taqwamu yang menghidupi taman itu.
Panenmu adalah bahagia di surga

Naiklah ketinting....
Saat berjalan....
Angin semilir diatas telingaku...
Seolah olah membisikkan sebuah cerita...
Tenanglah... sungai ini akan kita sebrangi dg penuh kasih ..

Bagai lukisan yang menselaraskan warna.
Sapuan kuas tidak selalu membuat batas yang tegas.
Kau sajikan kehalusan bud i   yang utama.
Menjadi karya dan simbul yang tak pernah diam .

Bayarinda
15/11/2016
Kombespol Argo
Dokter Elly


*Cahaya penerang jiwa*

Pijakanmu adalah harumnya melati.
Bukan untuk  diri semata.
Tetapi untuk geraknya nurani sekitar.

Arakan kata adalah kumpulan rasa suci yang terurai.
Demi perintah ilahi.

Semua mengiyakan dari peristiwa ke peristiwa.
Dimaknai karena rasa kasih yang dalam

Debu debu itu akan tunduk untuk menjadi pelayan cahaya.
Perang perang tidak terdengar lagi.
Sedihnya taat pada rasa bahagia

Sapanya atas kehendak sekitar.
Yang menyiapkan alas alas kemenangan.
Ribuan menyahut tanpa bunyi..... suara lirih itu megiris jiwa

Kembalilah karena penjaga bintang telah menyiapkan taman.
Para malaikat bernyanyi untuk menyambutnya

Dr Elizabeth sihwanti


*Ayah ..*
Setahun sudah
Engkau tinggalkan aku
Masih melekat di ingatanku
Betapa gigihnya engkau besarkan aku
Badanmu yangg kurus tak jadi halangan

Tuk kerasmu
Engkau bahagiakan aku
Engkau turuti kemauanku
Engkau sayangi aku
Ayah...aku tak bisa balas jasamu.

Ayah, dengarkanlah, aku ingin bertemu,.  
Walau hanya dalam mimpi, Hanya doa dariku


Rumiyati.





The Breeze - laporan pandangan mata oleh Auri

The Breeze

Akhirnya kita ketemu juga !! Akhirnya kita bercanda lagi. Makan-makan bareng. Saling menyapa dan mengingat masa lalu. Itulah sekilas pertemuan pertama setelah 33 tahun kita berpisah alumni SMPN I Condong- catur yang kini tinggal di kawasan Jabodetabek plus Serang dan Cilegon.

Mungkin tulisan ini agak terlambat. Sebenarnya tanganku sudah gatal ingin segera menulis, sebagai laporan pandangan mata pertemuan yang sungguh banyak memberikan kesan itu. Kami ingin segera berbagi kepada teman-teman lain yang kebetulan tidak berada di wilayah  kami. Kami ingin segera berkabar bahwa alumni SMPN I Condong-catur tidak hanya semarak di Jogja. Kami yang berpencar di luar Jogja pun bisa guyup. Bisa bersaudara, dan bisa kompak !

Tetapi apa daya, waktu terasa begitu  sempit. Kami terasa dihimpit waktu. Bahkan, menjelang hari H, 12 November 2016 aku hampir tidak bisa mengadiri acara itu. Pada Jumat malam aku masih di luar Jakarta. Karena harus menghadiri sebuah acara di kawasan Indo China. Namun keinginan kuat kami untuk saling bertemu, kami berupaya untuk bisa balik ke Jakarta pada Sabtu paginya.

Beruntung aku masih bisa mendapatkan pesawat pada dini hari Transit di Singapura. Pagi menjelang Subuh sekitar jam 03.15 aku mendarat di Changi Singapura. Penerbangan berikutnya ke Jakarta, pukul 07. 00 waktu setempat.

Karena masih ada waktu sekitar 4 jam, aku mencoba istirahat di Hotel yang sudah dipersiapkan teman. Tetapi, apa yang terjadi? Saya bangun kesiangan. Sekitar jam 07, lebih sedikit aku baru tersadar dari tidurku. Aku ketinggalan pesawat. 

Penerbangan ke Jakarta berikutnya baru ada jam 08.45. Juga tidak mungkin. Berikutnya lagi, jam 09 lebih. Aku tidak berhasil mendapatkan tiketnya. Baru pada penerbangan jam 14.45 aku bisa mendapatkan tiketnya.

Tentu tidak mungkin Karena kami telah janjian kumpul am 13.00. Akhirnya aku ambil jalan pintas naik speedboat ke Batam. Selisih waktu sejam antara WIB dengan Singapore sedikit memberikan ruang waktu. AKhirnya jam 10 lebih sampailah aku ke Batam. Langsung menuju ke Hang Nahdim, melanjutkan ke Jakarta. Menjelang Jam 13,00 WIB tibalah aku ke Jakarta. 

Rasanya lega. Bukan apa-apa, tetapi semata-mata karena aku sudah janji sama teman-teman bahwa aku akan hadir. Aku pula yang memberikan pilihan tanggal pertemuan kepada teman-teman. Jadi, rasanya tidak enak jika sudah memberikan waktu, tanggal dan jamnya, tetapi aku sendiri malah tidak hadir.

Sementara di WA teman-teman sudah saling berkabar. Sekitar jam 12.00 Retno dan Sri Mul sudah WA menanyakan posisi kami. Begitu pula teman-teman lain. Windarti yang berangkat dari Serang, Nuryani dari Cilegon, Nana dari Bintaro, Heroe dari Bogor semua sudah saling berkabar di posisi masing-masing.

Sri Mulyani menjadi tamu istimewa kami. Maaf aku tidak bisa menjemputnya. Aku berterima kasih kepada Retno dan Handoyo yang menyempatkan diri untuk menjemput Sri Mulyani yang dengan segala upayanya datang dari Jogja untuk berkumpul dengan teman-teman di sekitaran Jakarta. Terima kasih pula kepda Handoyo yang telah menjamu  makan malam yang istimewa untuk Sri Mulyani.

Akhirnya kami bersyukur bisa berkumpul. Meski tidak semua yang berada dikawasan sekitaran Jakarta bisa hadir, suasana cukup meriah. Kami yang biasa hidup di Jakarta bisa memaklumi bagi teman-teman yang tidak bisa menghadiri acara tersebut. 

Ini semua karena keterbatasan waktu, situasi Jakarta yang macet dan melelahkan. Kondisi ini membuat setiap orang memberikan prioritas mana yang harus didatangi, dan mana yang tidak. Belum lagi kesibukan kantor, tempat kerja juga keluarga. Bagi sebagian orang Jakarta, akhir pekan merupakan hari keluarga yang tidak bisa diganggu gugat setelah sepekan seharian bekerja, berangkat Subuh pulang Maghrib. Nyaris tak ada waktu untuk keluarga.

Di sebuah tempat yang asri, the breeze kami berkumpul. Ada Windarti, Nuryani, Pak Ketua Heroe, Nana, Retno, Indri, dan tamu istimewa kita Sri Mulyani serta aku sendiri. Tidak banyak memang. Kalau pun hadir semua, seharusanya masih ada Nasri, Handoyo, dan Sulis serta Ongko. Tetapi para jagoan ini tak ada yang bisa hadir karena kesibukan yang tak bisa ditinggalkannya. Oh ya, satu lagi yang tidak bisa datang retno Nunit. Kabarnya Nunit juga tidak bisa datang karena ada acara yang tak bisa ditinggalkannya.

Jumlah yang terbatas ternyata tidak mengurangi kualitas pertemuan. Setidaknya setelah 33 tahun tidak saling bertemu dan tidak saling mengingatnya, pada pertemuan itu akhirnya kami saling mengingat dan mengenalnya kembali.

Jujur, aku memang tidak bisa mengingatnya semua teman. Yang aku benar-benar lupa adalah Nuryani. Mungkin karena aku tidak pernah sekelas. Jadi antara tidak kenal dan lupa bedanya sangat tipis. Maaf kan aku Nur. Tetapi aku sangat senang kini aku mengenal mu Nur.

Sedangkan yang lainnya aku relatif bisa mengingatnya. Windarti misalnya. Secara fisik tentu sudah berubah. Namun, sifat kemayunya, hebohnya masih seperti dulu. Indri juga begitu. Fisiknya sudah berubah total. Namun, masih ada sisa-sisa senyumnya, kalemnya  seperti dulu masih ada.

Begitu pula dengan Nana. Centilnya, lincahnya tidak banyak berubah. Bahkan, dalam beberapa kesempatan Nana masih nampak lincah. Begitu pula Retno. Mungkin, teman-teman sudah bisa menilai Retno dalam banyak hal. Karena Retno sudah pernah ikut dalam pertemuan di Jogja.

Tetapi menurut ku, Jabodatabek punya Trio kwek-kwek yang pantas untuk unjuk kebolehan dalam ajang reauni akbar nanti. Siapa Mereka? Siapa lagi kalau bukan Windarti, Retno dan Nana. Trio Satu nenek dan dua Ibu-ibu ini masih memiliki potensi yang luar biasa untuk menghibur teman-teman lamanya. Bahkan, kalau pun harus membentuk quartet, Nuryani juga mampu mengimbangi kegenitan tiga temannya itu.

BUkan hanya itu. Dalam pertemuan yang berlangsung dengan penuh keakraban itu juga menjadi arena untuk saling bernostalgia. Ada yang mengenang dengan  mencari informasi teman-teman masa lalunya Ada pula yang saling buka-bukaan tentang percintaan masa lalunya.

Misalnya Retno dengan Nana. Saling mengungkapkan masa percintaannya dengan satu lelaki. Retno merasa kekasihnya direbut sama Nana. Sementara Nana merasa tidak pernah merebutnya. Terungkap pula bahwa saat itu Nana sudah berpacaran dengan dua lelaki yang berbeda. Namun, semua cerita masa lalu itu diakhiri dengan gelak tawa. Entah, apakah mereka mentertawakan diri sendiri atau mentertawakan lelaki yang pernah sama-sama mereka sukai. Pokoknya Seru !!!!

Tentu pertemuan tiga jam itu, selain sebagai ajang silaturahmi juga membahas tentang banyak hal. Terutama tentang persiapan reuni yang sudah direncanakan akan berlangsung di penghujung tahun ini. Pak Ketua Heroe Winarto dan Sri Mulyani yang aktif dalam kepanitaan banyak memberikan informasi tentang kesiapan reuni.

"Rasanya sudah siap. Tinggal menyiapkan kejutan-kejutan. Sehingga acara bisa berlangsung meriah dan bisa berkesan," kata Heroe antusias. Sementara Sri Mulyani mengusulkan agar alumni dari Jabodetabek plus bisa menampilkan atraksi kesenian di acara  reuni puncak nanti. Mungkin, Mul melihat almuni jabodetabek masih kemayu-kemayu, sehingga ia melontarkan usulannya itu.

Toh usulan Mulyani disambut antusias oleh Retno, Nana, Windarti dan Nur. Kira-kira apa yang akan ditampilkan mereka? Entahlah. Aku sendiri meragukan mereka ini memiliki waktu untuk mempersiapkan diri. Namun, kalau mereka mau tampil spontan, tentu tidak ada salahnya. 


















Menjelang sore acara berakhir. Seperti bisa kami berfoto ria. Bantingan, untuk membayar makanan. Sisanya masuk kas untuk tambahan keperluan reuni. Dengan berat hati, akhirnya kami harus berpisah. Dengan harapan masih terus terjalin komunikasi diantara kita. Kami pun meninggalkan lokasi yang asri dengan semilir angin the breeze. Di situ kami mengenang masa lalu, dan disitu pula kita membuat kenangan baru.....

Kamis, 10 November 2016

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini #8 (by Auri)

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini #8 (by Auri)

Tidak banyak uang yang bisa kita tabung dari jualan es. Namun, dari jualan es ini aku banyak belajar. Setidaknya, aku bisa menyalurkan hobiku membaca. Karena dengan jualan ini aku jadi bisa punya uang. Dan yang paling penting, aku tidak perlu meminta orang lain.

Pasar buku bekas di kawasan Shoping center menjadi tempat favorit untuk menyalurkan hobi membacaku. Hampir setiap hari minggu aku mengunjungi tempat itu. Dari kawasan Jl. Kaliurang aku bersepeda ke sana..



Saking seringnya berkeliaran di situ, aku banyak mengenal  orang di situ. Setidaknya, hampir semua penunggu kios buku loak di kawasan itu aku kenal. Juga sejumlah pedagang pasar di sana.

Karena selain kios-kios  buku di pintu masuk area shoping center, terdapat juga kios-kios buku bekas yang tempatnya berdempetan dengan pasar. Pasar serba ada. Mulai sayuran, buah dan juga barang-barang bekas lainnya.

Salah satu kios yang cukup besar namanya Social Agency. Terdapat beberapa kios dengan nama yang sama di kawasan itu. Entahlah, apakah ini dulu satu pemilik atau memang hanya kebetulan sama namanya. 

Aku sering nongkrong di kios sosial agency yang ada di dalam pasar. Selain tempatnya adem, juga tidak terlalu rame pengunjung. Tempat ini cukup nyaman untuk ukuran waktu itu.

Situasinya berbeda dengan kios-kios buku yang berada di deretan pintu masuk shoping center jaman dulu, Kalau siang panas, karena siraman sinar matahari. Jadi tidak nyaman kalau buat duduk-duduk sambil baca-baca buku.

Di kios itu pula akan menemukan tempat yang cukup enak untuk sekedar membaca buku. Tempatnya mojok. Tidak banyak orang melihat. Disitu aku sering melahap novel seharian pada hari minggu. Terkadang sampai kios tutup.

Di pojokan kios itu dulu aku diam-diam membaca novel-novel dewasa. Novel-novel terjemahan karya nick carter. Juga karya-karya MotinggoBusye. Beberapa judul karya motinggo busye yang masih aku ingat antara lain  Malam Jahanam, Malam ini Tidak ada Cinta atau Malam Pengantin di Bukit Kera. Semua itu judul-judul novel syuur jaman dulu.

Terus terang, membaca novel syuur ini adalah bagian yang mendorong aku memiliki hobi membaca. Dengan membaca membuat aku banyak tahu. Banyak tahu tentang banyak hal. Memang saat itu yang paling gampang terserap adalah proses pendewasaan.

Jika membaca novel dewasa, serasa kita menjadi dewasa. Aku tahu apa itu merangsang dari novel. Aku tahu apa itu terangsang juga dari novel. Apa itu orgasme juga dari novel. Juga apa itu jatuh cinta. Semuanya dari novel. Dan semua itu di kios buku loak shoping center.

Bagiku pasar buku bekas shoping center adalah tempat sekolah ku yang kedua. Disitu aku tidak hanya belajar membaca. Bukan pula hanya sekedar tempat mencuri-curi membaca buku-buku seronok.

Tetapi, disitu pula aku belajar kehidupan yang sebenarnya. Karena selain belajar dari buku-buku kumal, aku juga belajar dari banyak orang. Yang kebetulan, orangnya juga kumal-kumal.

Bukan dari kumalnya. Tetapi semangatnya. Bagaimana mereka berjuang untuk bertahan hidup. Juga bagaimana mereka memanfaatkan peluang. Tentu, waktu itu aku tidak berpikir seperti ini. Dulu semuanya mengalir. Tanpa melalui proses pemikiran. Melainkan berdasarkan intuisi, rasa dan kemauan saja.

Benturan hidup dan kondisi ku memaksa untuk melakukan sesuatu. Entahlah, rentetan peristwa dan keadaan yang aku alami telah membuatku merasa harus selalu berbuat sesuatu. 

Terutama untuk memenuhi keinginan. Tentu sebatas keinginan masa itu. Keinginan-keinginan yang sederhana, seperti jajan, jalan-jalan, atau sekedar membeli baju atau sepatu.

Tentu, di setiap aku ke kios buku tida serta merta aku hanya sekedar membaca buku-buku seronok. Aku juga mempelajari tentang banyak hal. Tidak jarang aku juga mencari buku-buku resep membuat adonan es yang enak. 

Meski masih dalam kapasitas sangat terbatas, insting bisnis ku mulai jalan. Dengan banyak membaca buku di sana, tiba-tiba aku merasa bisa mengenal diri sendiri. Mengenal kemampuan ku ada dimana.

Setidaknya, aku sempat merasa aku tidak bisa menjadi pedagang. Tetapi, aku merasa lebih senang membuat sesuatu terus dijual. Nah, lalu apa bedanya dengan pedagang?

Sekali lagi, semua yang diatas itu hanya sebatas rasa. Aku tidak sengaja untuk memikirkan semua itu. Tetapi, tiba-tiba terlintas dalam angan-anganku. Aku tidak bisa berdagang, tetapi aku suka membuat sesuatu terus menjualnya. Dan tiba-tiba pula, seperti aku memiliki jawaban atas pertanyaanku sendiri. Oooh aku kayaknya seneng jadi pengusaha!

Mulai saat itu aku merasa bercita-cita jadi pengusaha. Aku jadi kepingin jadi pengusaha. Berkhayal dan bercita-cita itu beda tipis. Dan setiap hari tanpa sengaja aku tiba-tiba seperti melamun. Aku jadi pengusaha. Aku jadi orang kaya.

Di jaman itu memang tidak banyak referensi apa itu pengusaha. Jika ditanya ke orang, banyak yang gak mudeng apa itu pengusaha. Berbeda jika bertanya soal pedagang. Orang langsung tahu, dan bisa menjelaskan.

Tetapi, jika bertanya soal peternak. Orang akan mengerti dan bisa menjelaskan. 

Aku mengerti apa itu pengusaha, dan bedanya dengan pedagang juga dari buku-buku kumal di shoping center. Aku mengerti apa itu "lonte"  ( maaf ) juga dari kawasan shoping center. Aku mengerti bathi - rugi secara utuh juga di shoping center.

Bahkan aku bisa menghitung perkalian dengan sepuluh jari juga dari shoping center. Aku banyak belajar dari kawasan kumuh itu. Sekalipun  keberadaanku di sana tidak untuk bersekolah. Tetapi setelah dewasa aku menyadari,  di sana sekolah ku yang kedua.

Di sana aku banyak belajar tentang kehidupan nyata. Disana aku banyak mengerti arti sebenarnya susah dan sebaliknya seperti apa senang yang sebenarnya itu. Karena di sana, ditempat yang kumuh, diantara tumpukan barang-barang bekas itu terselip banyak cita-cita.

Di sana pula aku banyak mengenal preman. Di sana pula aku mengerti kerasnya hidup. Mungkin, karena banyak bergaul dengan orang-orang keras di sana, aku tidak lagi menjadi penakut. Meski aku juga bukan seorang pemberani. ( bersambung )


Senin, 07 November 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini # 7 (by Auri Jaya)

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini # 7 (by Auri Jaya)

Sebagian masa-masa SMP ku pernah aku singgung  disela-sela cerita sebelumnya. Tidak ada yang istimewa. Semua berjalan seperti yang lain. Pintar juga tidak. Dibilang bodoh mungkin juga tidak. Minder... mungkin iya. Apalagi jika sudah berhadapan dengan perempuan. Aku tidak percaya diri. Namun, tidak sampai pada kategori penakut.Namun, masa itu aku mulai merasakan hidup itu tidak mudah. Keinginan mulai banyak. Pergaulan mulai meluas. 

Suatu ketika,  kelas satu SMP aku pernah diundang ke acara ulang tahun Novi. Ini aku lupa nama panjangnya. Novi yang botak, rumahnya berhimpitan dengan lapangan sepak bola Kentungan. Mungkin, sekarang lapangan itu sudah tidak ada lagi. Entah itu ulang tahun yang ke berapa. Tetapi dirayakan cukup meriah. Memang tidak semua teman SMP di undang. Hanya ada beberapa anak saja. Salah satunya adalah aku. Awalnya aku hanya terbengong-bengong di acara itu. Tidak tahu mau ngapain. Aku juga hanya datang. Tidak juga membawa kado. Karena, waktu itu aku tidak punya uang untuk membeli kado. Aku lihat, teman-teman Novi semua membawa kado. Aku hampir pulang, karena malu tidak memberi kado. Namun, dicegah oleh Ibunya Novi. Dia bilang, tidak apa-apa tidak membawa kado. Akhirnya aku ikut saja. Namun, lantaran tidak membawa kado aku jadi minder. Mau makan malu. Rasanya cuma pingin cepet pulang. Untungnya Novi baik. Dia mengambilkan makan untuk ku. Lalu kami bercanda. Lama-lama aku bisa berbaur dengan yang lain.

Sebelum gelap, acara sudah selesai. Aku pulang. Sebelum pulang aku diberikan sebungkus roti untuk dibawa pulang. Bapak dan Ibunya Novi nampak begitu ramah. Mereka  mengantarku sampai pintu keluar. Kami bersalaman. Rasanya terharu. Aku sempat berpikir, apakah jika bapak ku masih hidup aku akan seperti mereka?

Bayangan itu hanya sekejap. Aku sadar,  bapak ku sudah tidak mungkin dibangunkan lagi. Ibuku, entah saat itu dimana. Dalam perjalanan pulang pikiran ku seperti berkecamuk. Membayangkan indahnya keluarga Novi. Damainya bapak dan ibunya. Mereka seperti mengerti apa yang diinginkan anak-anaknya. Aku iri, aku sedih dengan keadaannku sendiri. Untungnya tidak berlangsung lama. Aku cepat menyadari. Ini perjalanan ku, yang tadi adalah perjalanan Novi.   "Sudahlah, tidak ada gunanya juga," pikirku. 

Pada kesempatan yang berbeda, aku bersama Karsono. Ia juga teman sekelas ku di kelas satu. Saat itu, bertepatan dengan ramainya film Janur Kuning. Aku bersama Nurwidi. Awalnya kami saling menghampiri untuk latihan pramuka di sekolah. Tetapi, entah apa, sesampainya di rumah Karsono semuanya berubah. Karsono mengajak nonton film. Kebetulan, waktu itu memang ada himbauan agar nonton film itu.

Aku bersama Nurwidi ngikut aja dengan ajakan Karsono. Tetapi, kami berdua tidak punya uang. Karsono meminta kakak perempuannya. Dan diberi. Akhirnya kami utang. Karsono yang bayari dulu. Hari berikutnya kami memberikan uang penggantinya. Lagi-lagi aku berpikir enak banget ya Karsono. Sekali bilang langsung di kasih. Dalam setiap perjalanan, aku terlalu banyak berandai-andai. Andai ini, andai itu, begitu seterusnya. 

Pesan bapak ku, jangan suka meminta-minta dan jangan suka nyusahin orang, seakan telah menjadi doktrin yang mengakar di otaku. Dari pesan itu, aku jadi sering tidak enakan. Bahasanya sekarang jadi baper. Tidak enak meminta, walau aku butuh. Tidak enak merengek, walau aku ingin. Jika tidak kepepet, aku selalu manahan setiap keinginan ku.

Seringnya kepepet, dan seringnya dicekam rasa takut meminta, membuatku berpikir.  Bagaimana aku bisa punya uang sendiri. Bagaimana aku menjadi orang yang tidak nyusahin orang. Aku harus bekerja. Bekerja yang menghasilkan uang. Tetapi bagaimana caranya? Tetapi anak segede aku, waktu itu, siapa yang mau membayar tenaga ku? Entahlah. Dalam kegalauan itu, kemudian muncullah ide, menghidupkan kembali jualan es.

Waktu SD pernah jualan es. Tapi kemudian berhenti karena kesibukan bu de ku. Akhirnya aku berpikir untuk menghidupkan kembali bisnis ini. Kebetulan, kakek ku baru datang dari desa. Setiap tanggal muda, kakek ku memang selalu datang ke kota. Ia mengambil uang pensiunnya di kepatihan. Dulu kakek ku pensiunan guru. Di desanya, kakek sering dipanggil Pak Nilik. Karena, kalau tidak salah, jabatan terakhir kakek  sebagai penilik sekolah.

Biasanya kakek datang di awal bulan. Aku senang jika kakek datang. Selain selalu bawa oleh-oleh, kakek juga selalu memberi kami uang jajan. Tidak banyak, tetapi lumayanlah. Aku dan kedua adik-adik ku selalu diberikan jumlah yang sama. Dari situlah aku rayu kedua adik ku untuk memberikan uang jajannya. Aku bilang kepada mereka untuk membeli bahan-bahan es. " Kita bikin es dan kita jual. Nanti uangmu aku kembalikan," kataku kepada kedua adik ku.

Adik ku nomer tiga setuju. Hanya adik ku nomer dua tidak mau. Karena dia suka membeli mainan mobil-mobilan. Aku mengalah. Akhirnya kami hanya menggunakan uangku sama uang adikku terkecil. Dengan modal uang yang ada, aku minta tolong salah seorang bulik ku untuk membelikan bahan-bahan untuk bikin es. Untungnya bu lik ku lagi baik. Dia setuju, dan membelikan bahanya. Bahkan dia tambahi kekurangannya.

Tak lama kemudian kami pun berjualan es. Aku hubungi lagi warung-warung yang pernah menjual kan es kamii sebelumnya. Memang tidak semua warung menerimanya. Aku mendapatkan warungnya Mbah Muji dan  warungnya mbok Marto. Keduanya bersedia dititipi  es bikinan ku. 


Awalnya memang masih dibantu bulik ku. Tetapi hari berikutnya aku membikinnya sendiri. Sepulang sekolah aku memasak adonan es itu Kemudian membungkusnya. Pagi-pagi aku mengantarkan ke warung Mbah Muji dan Mbok Marto. Hari pertama habis semua. Senang rasanya. Aku pulang dan diberikan uangnya.  Sebagian uang itu kami belanjakan. Selisihnya selalu aku tabung. Hal itu aku lakukan setiap hari. Tanpa rasa malu sedikitpun. Setidaknya setahun aku berjualan es seperti itu. ( bersambung )

Sabtu, 05 November 2016

REKENING DANA SOSIAL

DANA SOSIAL ALUMNI 83

Pengumuman:
Mulai detik ini teman-teman sudah bisa setor iuran untuk dana sosial.
Per bulan Rp 20.000;
Boleh dibayar per bulan ataupun setahun sekaligus atau per tri wulan.ke 
Bank Danamon Syariah
Nomor Rekening: 003602791364.
a/n Zaitun Eko Kurniawati,


Atas partisipasi teman-teman, saya ucapkan terima kasih..










Posisi Saldo Dana Sosial
per tanggal 4 NOvember 2016:


SALDO terkini, tgl 29 NOvember 2016, sbb:
wouw... udah 3,4 Juta Rupiah...ranyono yoh...
terimakasih sebanyak sebanyaknya untuk rekan-rekan yang sudah berbagi..
bagi teman-teman yang belum sempat menyumbangkan, tidak menjadi masalah.
masih ditunggu dengan sabar ...
semangat semangat semangat...

salam berbagi itu indah
ZAITUN E.K

Warung Banyolan #Episode2 (Narasi Oleh LEstari)

Episode -2
Pengurus Kelas 3 E
Wali Kelas                   : Bpk. Wahyu
Ketua Kelas                 : Yokanan
Wakil Ketua                : Heru W
Bendahara                  : Sri Mulyani
Sekretaris                    : Zaitun EK
Seksi Kemananan       : Argo
Seksi Olah Raga           : Hand
Seksi UKS                    : Suryati     
“ Fisika ituuu.... menyenangkan “
Bel  berbunyi tanda pergantian jam pelajaran.  
Bu Guru masuk kelas 3E dengan menebar senyumnya..


Bu Guru        :  Selamat pagi anak-anak ? 
Kelas             :  Jawab mereka kompak “ pagi buuu “
Bu Guru        :  Yokanan , apa ada yang  tidak   hadir ?
Yokanan       :  Ituull  ijin bu.
Bu Guru        :  Apa dia sakit ?
Gareng         :  Iya bu, kebanyakan sate klothok
                           Geerrrrrr, semua anak tertawa ngakak.
Bu Guru       :  Apa itu ? Apa bedanya dengan sate katrok atau sate kere ?
Joko TS       :  Sate klothok : kalau  lo mau sambal thok.
                          Alias hanya makan sambal saja.
Wien            :  Habis makan sate dilanjut cari kurungan manuk bu... eh
                          burung ..

Suasana kelas makin cekakak cekikik , apalagi Zaitun yang tidak bisa menahan diri,perutnya sampai sakit dan pipinya sampai pegel.

Bu Guru      :  Apa burungnya belum punya kurungan  ??? 
                            Burung apa itu ???
Kelas            :  Mereka tambah ngakak dan saling bicara sendiri.
                            Bu Guru ini aneh, tanya sendiri aja bu...
                        Bu Guru       :  Melihat situasi mengarah ke permesuman, lalu : stop stop,
                                                    sudah anak anak mari kita lanjut pelajaran. 
                                                   Yokanan , siapa lagi yang tidak hadir hari ini?
Yokanan       :  Handoyo dan Retno ikut lomba bahasa Inggris , bu.
Bu Guru         :  oya bagus itu, semoga sukses. Terus siapa lagi  ?
Yokanan       :  Lestari bu, saya tidak tahu alasannya.
                            Heri mungkin tahu bu.
Heri                 :  Kemarin dia bilang saya, kalau hari ini diajak bapaknya
                             pulang ke Solo karena neneknya sakit. Maklum bu, 
                             Lestari cucu tersayang.
Bu Guru         :  Jadi hari ini ada empat anak tidak masuk, hedeh...
                            Elisabeth, kamu tidak ikut lomba “ dokter remaja “ ?
Elisabeth       :  Ikut bu, besuk hari Rabu.
Bu Guru          :  Semoga sukses ya Eli.
                             Nasri kamu tidak ikut lomba baca puisi ?
Nasri                :  Ikut bu sama Lestari , besuk hari Kamis.
Wien                :  Duet bu...
Auri                  : Kog saya nggak di tanya bu ?
Bu Guru          :  Belum saja Auri, memang kamu mau ikut lomba apa ?
Auri                  :  Menulis Cerpan bu .
Bu Guru          :  Cerpan atau cerpen AuRy ?
Auri                  :  Cerpan bu , cerita panjang.
Anak-anak     :  Gerrrrr
Bu Guru          :  Memang bulan ini banyak lomba ya, ikutlah anak-anak
                               itu penting untuk mengukur kemampuanmu di luar
                              sekolah,  selain itu untuk mengembangkan talenta atau
                              bakatmu.
Init                    :  Masih ada  yang ikut lomba lho bu...
Bu Guru          :  O ya , siapa lagi ?
Sri Mulyani   :  Saya bu, ikut lomba masak khusus snack.
Bu Guru          :  Wah yang ini menyenangkan, tidak banyak mikir dan
                               enak.
                              Sukses ya Mul, mau buat menu apa ?
Sri Mulyani   :  Saya sama Fembri bu,  saya buat proltape legit dan
                              Fembri buat bolu dari mie instan.
Bu Guru          :  Wah enak banget, besuk saya dikasih resepnya ya...
                               Zaitun , bu dengar kamu juga ikut lomba ?
Zaitun             :  Iya bu, lomba BRTV . Saya sama Init bu.
Bu Guru          :  Hebat, hebat, hebat  duet imut yang hebat.
                             Sudah di pilih lagunya?
Zaitun             : Yang menentukan panitia bu , kami sudah latihan.
Bu Guru          :  Siip, besuk ibu mau nonton.
                             Anak-anak , kita harus dukung lho ya..
Anak-anak   :  Beriiiiss bu....
                              Argo juga ikut lomba lho bu..
Bu Guru         :  Hm, lomba apalagi  Argo..?
Argo                :  Polisi Siaga Bu...
Bu Guru          :  Luar biasa ...kamu pasti menang  Go.

                             Sudah tampak kalau kamu ditakdirkan jadi polisi.
Anak-anak   :  Lha iya to bu....hahaha
Bu Guru         :  Kelas ini memang Edyan...
Anak-anak   :  Ha...( bengong semua ) kog bisa ya ..bu Guru bilang gitu ?
Bu Guru         :  Maksud saya Edan Pinter nya alias Excellent
                                                             Lho tumben nih  Argo, Wien dan Fembri  duduk di
                                                             depan.  Biasanya  kalian duduk di belakang.
Argo               :  Sudah insyaf bu, mau ngikuti pelajaran dengan sungguh-
                             sungguh.
Bu Guru        :  Bagus kalau begitu.
Auri                :  Moduuuuuuusss, biar bisa nggoda bu Guru.
Wien              :  Menoleh ke arah AurI sambil menunjukkan jari
                            kelingkingnya.
Bu Guru       :  Anak-anak , kita akan mengulang semua materi dari kelas
                          satu sampai tiga,untuk persiapan ujian nasional.  Ok,
                           apakah kalian sudah siap ?
                       Argo               :  Siyap 86 bu.
                       Bu Guru        :  Baik kita akan bicarakan  “Hukum Coulomb tentang
                                                    muatan listrik “.  Ingat anak-anak, bahwa muatan listrik
                                                    ada dua jenis  yaitu positif dan negatif. 
                                                    Apakah ada yang tahu tentang hukum itu ?
                       Heru            :  Hukum tentang strom listrik bu
                       Wien           : Hobby kog nyetrom
                       Astono       : Nyetrom enak tahu...
                       Bu Guru     :  Astono , Wien  cukup , jawabanmu nglantur .
                                                 Apakah ada yang akan memberi pendapat ?
                       Lakso        :  Saya bu .
                       Bu Guru   :  Ya, bagaimana ?
                       Lakso          :  Hukum itu mengatur , jika ada 2 muatan listrik sejenis  maka
                                                akan tolak menolak dan jika berbeda jenis maka akan tarik
                                                menarik.
                       Bu Guru      :  Good, betul Lakso.  
                                                Nah sekarang, masih tentang hukum tadi yaitu jarak dan
                                               Gaya yang bekerja pada muatan itu. Jika jarak antara kedua
                                                muatan semakin dekat, maka gaya tariknya semakin
                                               kuat  dan sebaliknya kalau jarak  semakin jauh maka gaya
                                                tarik menarik  semakin kecil atau lemah.
                                              Nah sekarang , siapa yang bisa memberikan contoh hukum
                                              itu dalam kehidupan sehari-hari ?
                        Fembri     :  Jika ada sepasang kekasih berdekatan maka semakin mesra
                                               bu, dan kalau berjauhan  ampyun dech  bisa-bisa lupa
                                                hehehe.
                        Wien        :  Siapa itu Fem...? yang dari Bantul kah ?
                        Asieh       :  Merasa di godain , dia hanya senyum-senyum saja.
                        Astono   :  Bisa digondol orang lain yo Fem...
                        Bu Guru :  Contoh yang bagus Fem....  
                                                Siapa  lagi yang akan memberi contoh ?
                        Gareng   :  Bu kalau sesama jenis bagaimana , cowok dengan cowok
                                              atau cewek  dengan cewek ?
                        Nano        :  Itu namanya LGBT.  Lelaki Ganteng Butuh Teman .
                        Suryati     :  Kalau cewek apa No ?
                        Joko TS   :  Lu Gadis Butuh Temen , yee ?
                        Bu Guru  :  Stoooopp  , bu Guru marah!!!
                                               Iihh...kelas ini memang sukanya mezum saja, kapan
                                              Pelajarannya cselesai. Tiap satu pertanyaan , banyak
                                              koment. Lihat waktu tinggal 5 menit lagi.
                        Nasri       :  Maklum bu, kelas E
                        Bu Guru :  Terus kenapa kalau E ?
                        Nasri       :  Edyan bu..
                        Bu Guru :  Hmm ( bu Guru tambah geram  sambil tarik nafas )
                        Argo       :  Hm...seneng juga lihat bu Guru marah. 
                                             Heri, bu Guru kalau marah ora medeni yo...?
                        Heri         :  Iyo Go, orangnya sabar banget.
                        Bu Guru :  Sambil mengendalikan emosinya, menyimpulkan pelajaran
                                              hari ini yang hanya satu hukum saja.
                                               Kalau muatan itu sejenis , dekat atau jauh ya tetap tolak 
                                                menolak , tidak ada pengecualian, bisa bahaya nanti aliran
                                                listriknya.  Dalam kehidupan nyata bisa saja yang sejenis
                                               terjadi tapi tetap tidak bertahan lama.
                                               Baiklah anak-anak waktu saya sudah habis, kita akan lanjut
                                                pada  pertemuan yang akan datang. 
Kelas           :  kalau pelajaran fisika seperti ini...aku tidak bosan.. Fisika kog  tanpa  rumus.. hehehe  menyenangkan ya.

                        Yokanan    : (Menyiapkan teman –temannya)  Beri salam...
                         Kelas          :  Siang bu, jangan bosan di kelas kami ya bu...
                        Bu Guru     :  Sambil tersenyum , “ouw tidak , saya senang kog di kelas
                                                  ini... kalian cukup kreatif dan imajinatif “.   

Bu Guru meninggalkan ruangan sambil tersenyum.

                         Dalam hati ia berkata : kalian belum cukup umur untuk mengetahui rahasia hukum itu.
                                                                          
Sampe di sini  ya..
Ayo teman-teman. Episode -3,4,5 dan seterusnya dilanjut ya...

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...