Antara Kenangan Suka dan Duka Kini #8 (by
Auri)
Tidak banyak uang yang bisa kita tabung
dari jualan es. Namun, dari jualan es ini aku banyak belajar. Setidaknya, aku
bisa menyalurkan hobiku membaca. Karena dengan jualan ini aku jadi bisa punya
uang. Dan yang paling penting, aku tidak perlu meminta orang lain.
Pasar buku bekas di kawasan Shoping
center menjadi tempat favorit untuk menyalurkan hobi membacaku. Hampir setiap
hari minggu aku mengunjungi tempat itu. Dari kawasan Jl. Kaliurang aku
bersepeda ke sana..
Saking seringnya berkeliaran di situ, aku
banyak mengenal orang di situ. Setidaknya, hampir semua penunggu kios
buku loak di kawasan itu aku kenal. Juga sejumlah pedagang pasar di sana.
Karena selain kios-kios buku di
pintu masuk area shoping center, terdapat juga kios-kios buku bekas yang
tempatnya berdempetan dengan pasar. Pasar serba ada. Mulai sayuran, buah dan
juga barang-barang bekas lainnya.
Salah satu kios yang cukup besar namanya
Social Agency. Terdapat beberapa kios dengan nama yang sama di kawasan itu.
Entahlah, apakah ini dulu satu pemilik atau memang hanya kebetulan sama
namanya.
Aku sering nongkrong di kios sosial
agency yang ada di dalam pasar. Selain tempatnya adem, juga tidak terlalu rame
pengunjung. Tempat ini cukup nyaman untuk ukuran waktu itu.
Situasinya berbeda dengan kios-kios buku
yang berada di deretan pintu masuk shoping center jaman dulu, Kalau siang
panas, karena siraman sinar matahari. Jadi tidak nyaman kalau buat duduk-duduk
sambil baca-baca buku.
Di kios itu pula akan menemukan tempat
yang cukup enak untuk sekedar membaca buku. Tempatnya mojok. Tidak banyak orang
melihat. Disitu aku sering melahap novel seharian pada hari minggu. Terkadang
sampai kios tutup.
Di pojokan kios itu dulu aku diam-diam
membaca novel-novel dewasa. Novel-novel terjemahan karya nick carter. Juga
karya-karya MotinggoBusye. Beberapa judul karya motinggo busye yang masih aku
ingat antara lain Malam Jahanam, Malam ini Tidak ada Cinta atau Malam
Pengantin di Bukit Kera. Semua itu judul-judul novel syuur jaman dulu.
Terus terang, membaca novel syuur ini
adalah bagian yang mendorong aku memiliki hobi membaca. Dengan membaca membuat
aku banyak tahu. Banyak tahu tentang banyak hal. Memang saat itu yang paling
gampang terserap adalah proses pendewasaan.
Jika membaca novel dewasa, serasa kita
menjadi dewasa. Aku tahu apa itu merangsang dari novel. Aku tahu apa itu
terangsang juga dari novel. Apa itu orgasme juga dari novel. Juga apa itu jatuh
cinta. Semuanya dari novel. Dan semua itu di kios buku loak shoping center.
Bagiku pasar buku bekas shoping center
adalah tempat sekolah ku yang kedua. Disitu aku tidak hanya belajar membaca.
Bukan pula hanya sekedar tempat mencuri-curi membaca buku-buku seronok.
Tetapi, disitu pula aku belajar kehidupan
yang sebenarnya. Karena selain belajar dari buku-buku kumal, aku juga belajar
dari banyak orang. Yang kebetulan, orangnya juga kumal-kumal.
Bukan dari kumalnya. Tetapi semangatnya.
Bagaimana mereka berjuang untuk bertahan hidup. Juga bagaimana mereka
memanfaatkan peluang. Tentu, waktu itu aku tidak berpikir seperti ini. Dulu
semuanya mengalir. Tanpa melalui proses pemikiran. Melainkan berdasarkan
intuisi, rasa dan kemauan saja.
Benturan hidup dan kondisi ku memaksa
untuk melakukan sesuatu. Entahlah, rentetan peristwa dan keadaan yang aku alami
telah membuatku merasa harus selalu berbuat sesuatu.
Terutama untuk memenuhi keinginan. Tentu
sebatas keinginan masa itu. Keinginan-keinginan yang sederhana, seperti jajan,
jalan-jalan, atau sekedar membeli baju atau sepatu.
Tentu, di setiap aku ke kios buku tida
serta merta aku hanya sekedar membaca buku-buku seronok. Aku juga mempelajari
tentang banyak hal. Tidak jarang aku juga mencari buku-buku resep membuat
adonan es yang enak.
Meski masih dalam kapasitas sangat
terbatas, insting bisnis ku mulai jalan. Dengan banyak membaca buku di sana,
tiba-tiba aku merasa bisa mengenal diri sendiri. Mengenal kemampuan ku ada
dimana.
Setidaknya, aku sempat merasa aku tidak
bisa menjadi pedagang. Tetapi, aku merasa lebih senang membuat sesuatu terus
dijual. Nah, lalu apa bedanya dengan pedagang?
Sekali lagi, semua yang diatas itu hanya
sebatas rasa. Aku tidak sengaja untuk memikirkan semua itu. Tetapi, tiba-tiba
terlintas dalam angan-anganku. Aku tidak bisa berdagang, tetapi aku suka
membuat sesuatu terus menjualnya. Dan tiba-tiba pula, seperti aku memiliki
jawaban atas pertanyaanku sendiri. Oooh aku kayaknya seneng jadi pengusaha!
Mulai saat itu aku merasa bercita-cita
jadi pengusaha. Aku jadi kepingin jadi pengusaha. Berkhayal dan bercita-cita
itu beda tipis. Dan setiap hari tanpa sengaja aku tiba-tiba seperti melamun.
Aku jadi pengusaha. Aku jadi orang kaya.
Di jaman itu memang tidak banyak
referensi apa itu pengusaha. Jika ditanya ke orang, banyak yang gak mudeng
apa itu pengusaha. Berbeda jika bertanya soal pedagang. Orang langsung tahu,
dan bisa menjelaskan.
Tetapi, jika bertanya soal peternak.
Orang akan mengerti dan bisa menjelaskan.
Aku mengerti apa itu pengusaha, dan
bedanya dengan pedagang juga dari buku-buku kumal di shoping center. Aku
mengerti apa itu "lonte" ( maaf ) juga dari kawasan shoping
center. Aku mengerti bathi - rugi secara utuh juga di shoping center.
Bahkan aku bisa menghitung perkalian
dengan sepuluh jari juga dari shoping center. Aku banyak belajar dari kawasan
kumuh itu. Sekalipun keberadaanku di sana tidak untuk bersekolah. Tetapi
setelah dewasa aku menyadari, di sana sekolah ku yang kedua.
Di sana aku banyak belajar tentang
kehidupan nyata. Disana aku banyak mengerti arti sebenarnya susah dan
sebaliknya seperti apa senang yang sebenarnya itu. Karena di sana, ditempat
yang kumuh, diantara tumpukan barang-barang bekas itu terselip banyak
cita-cita.
Di sana pula aku banyak mengenal preman.
Di sana pula aku mengerti kerasnya hidup. Mungkin, karena banyak bergaul dengan
orang-orang keras di sana, aku tidak lagi menjadi penakut. Meski aku juga
bukan seorang pemberani. ( bersambung )
Hebat, hebat, hebat sudah ke -8
BalasHapusSampai ga bisa koment apapun nih.
Pokoke apik, menginspirasi.
Wis ta tunggu wae ending nya AuRy
AuRy, sempatkan buat cerita banyolan untuk melanjutkan episode di warung banyolan yooo
BalasHapusTerimakasih prend... ta tunggu lho
Oke....tunggu
HapusWah dah nyambung lg nih....edyan adyan...rampungke sik sampai kesuksesan sekarang.
BalasHapusCrito jerman tin sengsoro gak disana hehehe
satu kata.....keren!!!
BalasHapus