Rabu, 30 November 2016

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini ( 9 )

Antara Kenangan Suka dan Duka Kini ( 9 )

"Tidak perlu sedih dan berkecil hati.  jika ada orang lain meremehkan kemampuanmu. Banyak orang sukses juga pernah mengalaminya". Kata-kata itu seakan menjadi mukjizat dalam hidupku. Aku mendapatkannya di tempat kumuh kawasan pasar buku loak di kawasan Shopping Center.

Aku sudah lupa dari buku yang mana. Yang aku ingat, warna bukunya sudah kecoklatan. Sudah jauh dari warna aslinya yang putih. Mungkin karena  sudah kumal, buku itu berubah menjadi kekuningan hingga kecoklatan Kalau tidak salah buku motivator.  Karena buku itu memuat kisah-kisah orang sukses.

Penggalan kalimat itu dulu memberikan energi yang luar biasa. Kadang membuat ku menjadi pemberani. Tidak jarang pula membuatku menjadi orang yang optimis. Bahkan  menjadi super optimis.

Mungkin karena menjadi orang yang super optimis, di lingkungan keluarga aku sering dijuluki pengkhayal. Pengkhayal tingkat tinggi. Betapa tidak. Aku sering berkhayal menjadi orang kaya.

Orang kaya seperti apa? Dalam khayalanku dulu, orang kaya itu kalau sudah bisa sarapan pagi di Perancis, makan Siang di Spanyol dan makan malam di Inggris. Atau makan Malam di Jakarta, makan pagi di Singapura dan makan malam di Hongkong.

Bahkan, pada saat tertentu jika aku berantem dengan Bulik atau Bude ku tentang masalah keuangan, aku selalu melawan dengan kata-kata,"Sesuk nek aku wis gede tak saur." Tak jarang, kata-kataku ini menyinggung perasaan mereka.  Kalau mengingatnya aku terkadang menyesal. Kenapa saya dulu bisa begitu. 

Kala itu tak terbayangkan aku bisa mewujudkan semua khayalan itu. Betapa tidak, sehari-hari untuk memenuhi kebutuhanku aku harus jualan es. Setiap pagi aku harus menjanjakan termos ke warung-warung.

Setidaknya setahun aku berjualan es. Dalam setahun aku bisa mengumpulkan uang. Meski tidak banyak. Seingatku, menjelang April aku membuka tabungan, terkumpul sekitar Rp.192.800. Jumlah yang sangat lumayan banyak untuk ukuran tahun itu.

Karena dengan uang itu, aku sudah bisa membeli sebuah sepeda motor.  Namun, aku tidak membeli sepeda motor. Aku membelikan bibit ayam. Pilihan jatuh pada ayam potong.

Masih ingat aku membeli kuthuk ayam potong yang masih berusia tiga hari di sebuah peternakan di kawasan Bantul. Lokasi tepatnya aku tidak berhasil mengingatnya kembali.

Aku membeli lima puluh ekor kuthuk. Kalau tidak salah ingat, harganya Rp 75 ribu. Sisa uangnya tak belikan pakan ayam dan obat-obatan. Jujur, aku benar-benar belum memiliki pengalaman apa pun dalam hal piara ayam seperti itu.

Aku hanya tahu dari buku-buku yang aku baca di shopping center. Dari buku itu, hanya tahu piara ayam potong itu cuma 90 hari. Terus dijual, atau dipotong. Cara jualnya pakai ditimbang dengan kiloan.

Tentu aku harus menyiapkan kandangnya. Aku harus menyiapkan semuanya. Beruntung, pergaulanku di pasar shoping banyak memberikan aku banyak teman. Termasuk para pedagang ayam potong.

Dari mereka aku banyak belajar. Terutama dengan pak Mul. Dia pedagang ayam asal Godean. Meski dia tidak beternak ayam, dia tahu banyak seluk beluk beternak ayam potong . Mungkin, karena dia pedagang ayam, jadi tahu banyak cara piaranya.

Dari Pak Mul aku banyak diajari, mulai tempat membeli pakan, memberikan vaksin dan menjualnya ketika sudah musim potong. Awalnya memang tidak sederhana.

Karena banyak sekali yang harus dipersiapkan. Mulai dari kandangnya, yang harus dijaga kehangatannya. Harus ada listriknya, bukan saja berfungsi sebagai penerangan. Tetapi juga berfungsi menghangatkan.

Namun, setelah dipelajari dan dipraktekkan tidak ada yang sulit. Tiga bulan berikutnya aku bisa memanennya. Dari lima puluh ekor kuthuk yang aku beli, aku masih bisa memanennya sebanyak 44 ekor. Enam ekor lainnya mati.

Lumayan. Dari jumlah itu, aku menjualnya hanya 33 ekor. Sisanya disembelih sendiri. Juga dibagi-bagikan ke saudara. Senang rasanya. Karena dari penjualan ayam itu aku masih bisa mendapatkan Rp 268 ribu.

Dari hasil penjualan itu, aku membelikan bibit ayam lagi. Saat itu, tidak lagi 50 ekor. Tetapi aku membeli  100 ekor. Hingga kemudian aku bisa piara ayam potong 300 ekor.

Sebelum akhirnya, dari ayam potong beralih ke Ayam petelur. Kelas  dua SMP aku beralih ternak ayam petelur. Tentu saja modalnya diambil dari hasil jualan ayam potong.

Untuk beternak ayam telur aku belajar dari tetanggaku yang sangat baik. Dia adalah Pak Muji. Dia dulu seorang penjahit. Namun, selain menjahit dia juga menekuni ternak ayam petelur.

Kebetulan pak Muji memiliki sejumlah anak lelaki, yang membantunya membuat kandang dan sebagainya. Dari mereka pula aku banyak belajar bagaimana membesarkan ayam hingga mampu bertelur. 

Begitulah kesibukan ku waktu SMP. Sepanjang SMP aku bisa memiliki sekitar lima ratus ekor ayam petelur. Setiap hari aku berkutat dengan ayam. Pagi aku memberikan pakan ayam. Siang pulang sekolah, juga begitu.

Mulai bersih-bersih kandang, ngurusi pakan sampai pada menjual telur. Dan akhirnya banyak pedagan yang datang untuk mengambil telur, hingga ada pemasok pakan. Sehingga tidak terlalu sulit untuk melakukan semuanya.

Dari Ayam, kemudian merambah ke burung puyuh. Bahkan, untuk burung puyuh aku bisa menetaskan sendiri. Membuat mesin penetas sendiri. Hingga akhir SMA aku hidup dari peternakan. 

Dan peternakan itu pula yang sedikitnya banyak memberikan aku bisa mengembangkan banyak inspirasi. Karena, dari peternakan itu pula aku bisa membeli buku apa saja.

Bahkan, dari peternakan itu pula aku bisa bergaya. Bisa naik motor, meski hanya motor sederhana Bisa bayar kursus bahasa Inggris, meski sampai sekarang bahasa inggris ku juga tak kunjung baik.

Singkat kata, aku banyak membekali diri dari hasil peternakan itu. Namun, karena aku tidak bercita-cita menjadi peternak, bisnis yang sebenarnya sudah sangat menguntungkan itu aku tinggalkan.


Selepas SMA aku tinggalkan semua itu. Ada obsesi lain yang terus mendorongku untuk mewujudkannya. Obsesi panjang, antara mimpi dan hayalan. Antara angan-angan dan kenyataan. Antara pilihan dan keharusan. ( bersambung )

6 komentar:

  1. Hm, keren banget AuRy
    Jujur saya suka baca tulisanmu.
    Pengalamanmu sangat banyak...karena kamu ditempa
    hidup yang berawal berat.
    Sekarang baru memetik buahnya...dan menjadi " The Beautiful of Story "

    Sukses ya Aury...

    BalasHapus
  2. btw , boleh dong minta kenang-kenangan buku hasil karyamu.

    Makasih AuRy . God Bless You

    BalasHapus
  3. Waow.....mas bos edyan tenan tulisane jan top ...
    Alure thirik thirik...wis lulus tenan yen dadi kuli tinta.....menginspirasi banget waktu cilike. Hmmmm

    BalasHapus
  4. Ternyata Auri yang dulu anteng, banyak menyimpan kekuatan dan semangat...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rajin pangkal kAya,anteng pangkal ganteng maksimal

      Hapus

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...