Senin, 07 November 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini # 7 (by Auri Jaya)

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini # 7 (by Auri Jaya)

Sebagian masa-masa SMP ku pernah aku singgung  disela-sela cerita sebelumnya. Tidak ada yang istimewa. Semua berjalan seperti yang lain. Pintar juga tidak. Dibilang bodoh mungkin juga tidak. Minder... mungkin iya. Apalagi jika sudah berhadapan dengan perempuan. Aku tidak percaya diri. Namun, tidak sampai pada kategori penakut.Namun, masa itu aku mulai merasakan hidup itu tidak mudah. Keinginan mulai banyak. Pergaulan mulai meluas. 

Suatu ketika,  kelas satu SMP aku pernah diundang ke acara ulang tahun Novi. Ini aku lupa nama panjangnya. Novi yang botak, rumahnya berhimpitan dengan lapangan sepak bola Kentungan. Mungkin, sekarang lapangan itu sudah tidak ada lagi. Entah itu ulang tahun yang ke berapa. Tetapi dirayakan cukup meriah. Memang tidak semua teman SMP di undang. Hanya ada beberapa anak saja. Salah satunya adalah aku. Awalnya aku hanya terbengong-bengong di acara itu. Tidak tahu mau ngapain. Aku juga hanya datang. Tidak juga membawa kado. Karena, waktu itu aku tidak punya uang untuk membeli kado. Aku lihat, teman-teman Novi semua membawa kado. Aku hampir pulang, karena malu tidak memberi kado. Namun, dicegah oleh Ibunya Novi. Dia bilang, tidak apa-apa tidak membawa kado. Akhirnya aku ikut saja. Namun, lantaran tidak membawa kado aku jadi minder. Mau makan malu. Rasanya cuma pingin cepet pulang. Untungnya Novi baik. Dia mengambilkan makan untuk ku. Lalu kami bercanda. Lama-lama aku bisa berbaur dengan yang lain.

Sebelum gelap, acara sudah selesai. Aku pulang. Sebelum pulang aku diberikan sebungkus roti untuk dibawa pulang. Bapak dan Ibunya Novi nampak begitu ramah. Mereka  mengantarku sampai pintu keluar. Kami bersalaman. Rasanya terharu. Aku sempat berpikir, apakah jika bapak ku masih hidup aku akan seperti mereka?

Bayangan itu hanya sekejap. Aku sadar,  bapak ku sudah tidak mungkin dibangunkan lagi. Ibuku, entah saat itu dimana. Dalam perjalanan pulang pikiran ku seperti berkecamuk. Membayangkan indahnya keluarga Novi. Damainya bapak dan ibunya. Mereka seperti mengerti apa yang diinginkan anak-anaknya. Aku iri, aku sedih dengan keadaannku sendiri. Untungnya tidak berlangsung lama. Aku cepat menyadari. Ini perjalanan ku, yang tadi adalah perjalanan Novi.   "Sudahlah, tidak ada gunanya juga," pikirku. 

Pada kesempatan yang berbeda, aku bersama Karsono. Ia juga teman sekelas ku di kelas satu. Saat itu, bertepatan dengan ramainya film Janur Kuning. Aku bersama Nurwidi. Awalnya kami saling menghampiri untuk latihan pramuka di sekolah. Tetapi, entah apa, sesampainya di rumah Karsono semuanya berubah. Karsono mengajak nonton film. Kebetulan, waktu itu memang ada himbauan agar nonton film itu.

Aku bersama Nurwidi ngikut aja dengan ajakan Karsono. Tetapi, kami berdua tidak punya uang. Karsono meminta kakak perempuannya. Dan diberi. Akhirnya kami utang. Karsono yang bayari dulu. Hari berikutnya kami memberikan uang penggantinya. Lagi-lagi aku berpikir enak banget ya Karsono. Sekali bilang langsung di kasih. Dalam setiap perjalanan, aku terlalu banyak berandai-andai. Andai ini, andai itu, begitu seterusnya. 

Pesan bapak ku, jangan suka meminta-minta dan jangan suka nyusahin orang, seakan telah menjadi doktrin yang mengakar di otaku. Dari pesan itu, aku jadi sering tidak enakan. Bahasanya sekarang jadi baper. Tidak enak meminta, walau aku butuh. Tidak enak merengek, walau aku ingin. Jika tidak kepepet, aku selalu manahan setiap keinginan ku.

Seringnya kepepet, dan seringnya dicekam rasa takut meminta, membuatku berpikir.  Bagaimana aku bisa punya uang sendiri. Bagaimana aku menjadi orang yang tidak nyusahin orang. Aku harus bekerja. Bekerja yang menghasilkan uang. Tetapi bagaimana caranya? Tetapi anak segede aku, waktu itu, siapa yang mau membayar tenaga ku? Entahlah. Dalam kegalauan itu, kemudian muncullah ide, menghidupkan kembali jualan es.

Waktu SD pernah jualan es. Tapi kemudian berhenti karena kesibukan bu de ku. Akhirnya aku berpikir untuk menghidupkan kembali bisnis ini. Kebetulan, kakek ku baru datang dari desa. Setiap tanggal muda, kakek ku memang selalu datang ke kota. Ia mengambil uang pensiunnya di kepatihan. Dulu kakek ku pensiunan guru. Di desanya, kakek sering dipanggil Pak Nilik. Karena, kalau tidak salah, jabatan terakhir kakek  sebagai penilik sekolah.

Biasanya kakek datang di awal bulan. Aku senang jika kakek datang. Selain selalu bawa oleh-oleh, kakek juga selalu memberi kami uang jajan. Tidak banyak, tetapi lumayanlah. Aku dan kedua adik-adik ku selalu diberikan jumlah yang sama. Dari situlah aku rayu kedua adik ku untuk memberikan uang jajannya. Aku bilang kepada mereka untuk membeli bahan-bahan es. " Kita bikin es dan kita jual. Nanti uangmu aku kembalikan," kataku kepada kedua adik ku.

Adik ku nomer tiga setuju. Hanya adik ku nomer dua tidak mau. Karena dia suka membeli mainan mobil-mobilan. Aku mengalah. Akhirnya kami hanya menggunakan uangku sama uang adikku terkecil. Dengan modal uang yang ada, aku minta tolong salah seorang bulik ku untuk membelikan bahan-bahan untuk bikin es. Untungnya bu lik ku lagi baik. Dia setuju, dan membelikan bahanya. Bahkan dia tambahi kekurangannya.

Tak lama kemudian kami pun berjualan es. Aku hubungi lagi warung-warung yang pernah menjual kan es kamii sebelumnya. Memang tidak semua warung menerimanya. Aku mendapatkan warungnya Mbah Muji dan  warungnya mbok Marto. Keduanya bersedia dititipi  es bikinan ku. 


Awalnya memang masih dibantu bulik ku. Tetapi hari berikutnya aku membikinnya sendiri. Sepulang sekolah aku memasak adonan es itu Kemudian membungkusnya. Pagi-pagi aku mengantarkan ke warung Mbah Muji dan Mbok Marto. Hari pertama habis semua. Senang rasanya. Aku pulang dan diberikan uangnya.  Sebagian uang itu kami belanjakan. Selisihnya selalu aku tabung. Hal itu aku lakukan setiap hari. Tanpa rasa malu sedikitpun. Setidaknya setahun aku berjualan es seperti itu. ( bersambung )

4 komentar:

  1. Jiaann AuRy, wis dadi neh tulisanmu.
    Otobiografi yg indah menginspirasi.
    Saluut aku dengan perjuangan hidupmu.
    Lapangan kenthungan masih kog AuRy...

    BalasHapus
  2. Critane bisa ditandingke karo Laskar Pelangi...kayake ini bisa lebih menarik lho...soale Auri luwih ngglidik dan kreatif..he2..

    BalasHapus
  3. Betul Retno.
    AuRy, dalam kisah selanjutnya tampilkan siapa pahlawanmu.. kan ini hari pahlawan.

    BalasHapus
  4. Gileeeee rak ono matine terus berlanjut
    ...cukup berbobot opo neh nggo kaos anyar hehehe

    BalasHapus

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...