Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini # 7 (by Auri
Jaya)
Sebagian masa-masa SMP ku pernah aku singgung
disela-sela cerita sebelumnya. Tidak ada yang istimewa. Semua berjalan
seperti yang lain. Pintar juga tidak. Dibilang bodoh mungkin juga tidak. Minder...
mungkin iya. Apalagi jika sudah berhadapan dengan perempuan. Aku tidak percaya
diri. Namun, tidak sampai pada kategori penakut.Namun, masa itu aku mulai
merasakan hidup itu tidak mudah. Keinginan mulai banyak. Pergaulan mulai
meluas.
Suatu ketika, kelas satu SMP aku pernah
diundang ke acara ulang tahun Novi. Ini aku lupa nama panjangnya. Novi yang
botak, rumahnya berhimpitan dengan lapangan sepak bola Kentungan. Mungkin,
sekarang lapangan itu sudah tidak ada lagi. Entah itu ulang tahun yang ke berapa.
Tetapi dirayakan cukup meriah. Memang tidak semua teman SMP di undang. Hanya
ada beberapa anak saja. Salah satunya adalah aku. Awalnya aku hanya
terbengong-bengong di acara itu. Tidak tahu mau ngapain. Aku juga hanya datang.
Tidak juga membawa kado. Karena, waktu itu aku tidak punya uang untuk
membeli kado. Aku lihat, teman-teman Novi semua membawa kado. Aku hampir
pulang, karena malu tidak memberi kado. Namun, dicegah oleh Ibunya Novi. Dia
bilang, tidak apa-apa tidak membawa kado. Akhirnya aku ikut saja. Namun,
lantaran tidak membawa kado aku jadi minder. Mau makan malu. Rasanya cuma
pingin cepet pulang. Untungnya Novi baik. Dia mengambilkan makan untuk ku. Lalu
kami bercanda. Lama-lama aku bisa berbaur dengan yang lain.
Sebelum gelap, acara sudah selesai. Aku pulang.
Sebelum pulang aku diberikan sebungkus roti untuk dibawa pulang. Bapak dan
Ibunya Novi nampak begitu ramah. Mereka mengantarku sampai pintu keluar.
Kami bersalaman. Rasanya terharu. Aku sempat berpikir, apakah jika bapak ku masih
hidup aku akan seperti mereka?
Bayangan itu hanya sekejap. Aku sadar, bapak
ku sudah tidak mungkin dibangunkan lagi. Ibuku, entah saat itu dimana. Dalam
perjalanan pulang pikiran ku seperti berkecamuk. Membayangkan indahnya keluarga
Novi. Damainya bapak dan ibunya. Mereka seperti mengerti apa yang diinginkan
anak-anaknya. Aku iri, aku sedih dengan keadaannku sendiri. Untungnya tidak
berlangsung lama. Aku cepat menyadari. Ini perjalanan ku, yang tadi adalah
perjalanan Novi. "Sudahlah, tidak ada gunanya juga,"
pikirku.
Pada kesempatan yang berbeda, aku bersama Karsono.
Ia juga teman sekelas ku di kelas satu. Saat itu, bertepatan dengan ramainya
film Janur Kuning. Aku bersama Nurwidi. Awalnya kami saling menghampiri untuk
latihan pramuka di sekolah. Tetapi, entah apa, sesampainya di rumah Karsono
semuanya berubah. Karsono mengajak nonton film. Kebetulan, waktu itu memang ada
himbauan agar nonton film itu.
Aku bersama Nurwidi ngikut aja dengan ajakan
Karsono. Tetapi, kami berdua tidak punya uang. Karsono meminta kakak
perempuannya. Dan diberi. Akhirnya kami utang. Karsono yang bayari dulu. Hari
berikutnya kami memberikan uang penggantinya. Lagi-lagi aku berpikir enak
banget ya Karsono. Sekali bilang langsung di kasih. Dalam setiap
perjalanan, aku terlalu banyak berandai-andai. Andai ini, andai itu, begitu
seterusnya.
Pesan bapak ku, jangan suka meminta-minta dan
jangan suka nyusahin orang, seakan telah menjadi doktrin yang mengakar di
otaku. Dari pesan itu, aku jadi sering tidak enakan. Bahasanya sekarang jadi
baper. Tidak enak meminta, walau aku butuh. Tidak enak merengek, walau aku
ingin. Jika tidak kepepet, aku selalu manahan setiap keinginan ku.
Seringnya kepepet, dan seringnya dicekam rasa
takut meminta, membuatku berpikir. Bagaimana aku bisa punya uang sendiri.
Bagaimana aku menjadi orang yang tidak nyusahin orang. Aku harus bekerja.
Bekerja yang menghasilkan uang. Tetapi bagaimana caranya? Tetapi anak segede
aku, waktu itu, siapa yang mau membayar tenaga ku? Entahlah. Dalam kegalauan
itu, kemudian muncullah ide, menghidupkan kembali jualan es.
Waktu SD pernah jualan es. Tapi kemudian berhenti
karena kesibukan bu de ku. Akhirnya aku berpikir untuk menghidupkan kembali
bisnis ini. Kebetulan, kakek ku baru datang dari desa. Setiap tanggal muda,
kakek ku memang selalu datang ke kota. Ia mengambil uang pensiunnya di
kepatihan. Dulu kakek ku pensiunan guru. Di desanya, kakek sering dipanggil Pak
Nilik. Karena, kalau tidak salah, jabatan terakhir kakek sebagai penilik
sekolah.
Biasanya kakek datang di awal bulan. Aku senang
jika kakek datang. Selain selalu bawa oleh-oleh, kakek juga selalu memberi kami
uang jajan. Tidak banyak, tetapi lumayanlah. Aku dan kedua adik-adik ku selalu
diberikan jumlah yang sama. Dari situlah aku rayu kedua adik ku untuk memberikan
uang jajannya. Aku bilang kepada mereka untuk membeli bahan-bahan es. "
Kita bikin es dan kita jual. Nanti uangmu aku kembalikan," kataku kepada
kedua adik ku.
Adik ku nomer tiga setuju. Hanya adik ku nomer dua
tidak mau. Karena dia suka membeli mainan mobil-mobilan. Aku mengalah. Akhirnya
kami hanya menggunakan uangku sama uang adikku terkecil. Dengan modal uang yang
ada, aku minta tolong salah seorang bulik ku untuk membelikan bahan-bahan untuk
bikin es. Untungnya bu lik ku lagi baik. Dia setuju, dan membelikan bahanya.
Bahkan dia tambahi kekurangannya.
Tak lama kemudian kami pun berjualan es. Aku
hubungi lagi warung-warung yang pernah menjual kan es kamii sebelumnya. Memang
tidak semua warung menerimanya. Aku mendapatkan warungnya Mbah Muji dan
warungnya mbok Marto. Keduanya bersedia dititipi es bikinan
ku.
Awalnya memang masih dibantu bulik ku. Tetapi hari
berikutnya aku membikinnya sendiri. Sepulang sekolah aku memasak adonan es itu
Kemudian membungkusnya. Pagi-pagi aku mengantarkan ke warung Mbah Muji dan Mbok
Marto. Hari pertama habis semua. Senang rasanya. Aku pulang dan diberikan
uangnya. Sebagian uang itu kami belanjakan. Selisihnya selalu aku tabung.
Hal itu aku lakukan setiap hari. Tanpa rasa malu sedikitpun. Setidaknya
setahun aku berjualan es seperti itu. ( bersambung )
Jiaann AuRy, wis dadi neh tulisanmu.
BalasHapusOtobiografi yg indah menginspirasi.
Saluut aku dengan perjuangan hidupmu.
Lapangan kenthungan masih kog AuRy...
Critane bisa ditandingke karo Laskar Pelangi...kayake ini bisa lebih menarik lho...soale Auri luwih ngglidik dan kreatif..he2..
BalasHapusBetul Retno.
BalasHapusAuRy, dalam kisah selanjutnya tampilkan siapa pahlawanmu.. kan ini hari pahlawan.
Gileeeee rak ono matine terus berlanjut
BalasHapus...cukup berbobot opo neh nggo kaos anyar hehehe