Jumat, 28 Oktober 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (4) by AuRI jaYA

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (4)

     Mungkin Nurwidi tidak begitu suka  kisah itu aku ceritakan di sini. Tetapi, sekali lagi mohon maaf, kisah itu masih begitu terngiang di benak ku. Kalau ingat Nurwidi, peristiwa itulah yang selalu terngiang di pikiranku. Sekali lagi, saya minta maaf kepada Nurwidi jika dikemudian hari tidak berkenan. Bagiku peristiwa itu adalah kenakalan yang kreatif, yang mungkin seribu satu bisa ditemukan dalam sepanjang sejarah hidup ku.

      Dulu kita berteman baik dengan Nurwidi dan Broto.  Di luar kenakalannya Nurwidi adalah sosok yang rajin belajar. Ia tekun  dalam belajar. Pertemanannya dengan Broto kadang membuatnya aku iri. Karena mereka berdua ini sangat rajin , bahkan sangat rajin sekali dalam mempelajari setiap mata pelajaran.

      Tidak jarang mereka berdua belajar hingga larut malam. Bahkan sampai dinihari.  Mereka berdua rajin belajar Fisika. Juga matematika.  Aku juga tidak pernah bertanya  mengapa mereka berdua menyukai dua pelajaran itu. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu menyukai  kedua mata pelajaran itu. Kalau pun aku bisa mengerjakan sebagian pelajaran matematika itu karena guru kita Bu Dyah,  guru yang sangat sabar.
SriMul & Bu Diyah

     Berkat kesabaran Ibu Dyah aku bisa mengerti matematika. Berkat ketelatenan Bu Dyah aku suka mengerjakan pekerjaan rumah matematika.  Dulu Bu Dyah selalu memeriksa buku pelajaranku.  Beliau selalu bertanya, kamu sudah belajar apa ? Kamu sudah mengerjakan apa?  Pekerjaan rumah yang kemarin kamu kerjakan tidak ?  Begitu seterusnya. Setiap ada pertemuan dengan Bu Dyah, aku selalu dicecar dengan banyak pertanyaan, Sehingga membuat ku takut,  dan mau tidak mau aku harus selalu bersiap-siap saat  ada pelajaran matematika. Aku tidak tahu apa jadinya kalau guru matematika bukan bu Dyah. Pasti aku tidak akan bisa apa-apa lagi.

       Kondisi itu jauh berbeda dengan Nurwidi atau Broto dua teman ku yang sangat cerdas itu. Mereka berdua mungkin tidak serajin aku dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi,  mereka berdua selalu mengerti dan bisa ketika diminta maju ke papan tulis untuk mengerjakan soal. Bukan hanya itu, mereka beredua selalu mendapatkan nilai yang bagus jika mengerjakan soal-soal ulangan.

        Jujur, dulu aku sempat iri kepada mereka berdua. Mereka ko bisa pinter kayak gitu. Mereka ko bisa semuanya. Tetapi setelah aku tahu, mereka berdua belajar keras  akhirnya memakluminya. Meski kadang aku juga masih sering bertanya dalam hati, aku juga belajar. Tetapi kenapa aku tidak mengerti. Aku kadang juga sampai pagi, tapi aku juga gak mengerti. 

        Aku, Broto dan Nurwidi memiliki kegemaran yang sama. Sama-sama suka membaca. Membaca apa saja. Membaca novel suka. Membaca komik, juga suka.  Termasuk novel-novel dewasa saat itu. Seperti novel-novel karya Motinggo Busye, atau bahkan Nick Carter.  Pokoknya membaca apa saja. Bedanya, Nurwidi dan Broto juga suka membaca buku-buku science. Buku-buku  Bilogi. Buku-buku tentang alam .

                Broto dan Nurwidi juga terbilang rajin meminjam buku di perpustakaan sekolah.  Di perpustakaan sekolah itu pula, aku ingat Nurwidi sering menggoda Bu Guru (maaf aku namanya lupa) yang menjaga Perpustakaan. Ibu guru kita – yang di perpustakaan – kalau aku ingat kembali orangnya  seksi. Tetapi dia sering seperti mengantuk. Tapi sayang, kala itu aku belum mengenal seksi. Tetapi, Nurwidi sudah mengerti apa itu seksi. Bahkan ia sering mendiskripsikan bibir nya yang seksi. Pahanya yang besar.  Pokoknya  begitulah. Dulu aku masih kurang nyambung kalau diajak bersenda gurau soal itu. Apalagi kalau sudah dihubungkan dengan novel yang dibacanya.

      Tentu banyak lagi temen-temen  SMP ku yang secerdas dan sepintar Nurwidi atau Broto. Kalau aku hanya bercerita tentang dua orang ini, karena aku hanya mengingat mereka berdua.  Kalau pun tahu, mungkin tidak sedetil itu. Kita masih ingat Yayuk  atau Sri Rahayu misalnya. Dia juga salah satu teman yang aku kenal kritis.


 Yayuk dulu suka berdebat. Biar perempuan tetapi penampilannya kaya lelaki. Semangatnya luar biasa, tidak pernah mau kalah dengan lelaki. Aku pernah satu kelas sama dia. Juga pernah satu kelas dalam ketrampilan Elektronik. Di ketrampilan ini Yayuk menjadi kaum minoritas. Karena sebagian besar pengukutnya adalah lelaki.

 Seingat aku Yayuk memang tidak sendiri. Masih ada beberapa lagi perempuan. Namun biar perempuan Yayuk seperti tak mau kalah. Dia tak sungkan-sungkan main Soldir, mematri dan mengerjakan tugas.  

Pekerjaan ketrampilan pertama yang kita buat di kelas itu  adalah membuat Radio Transistor. Kita membeli komponennya. Kemudian merangkainya menjadi sebuah radio.
    Ketika itu cukup asik rasanya mengerjakan pekerjaan ini. Bahkan, dulu aku cukup senang dengan pelajaran ini.  Meski membuat radio ini beregu, tapi rasanya bangga. Apalagi ketika itu, guru elektro nya Pak Ngadimin begitu sabar mengajari kita. Seingat saya, awalnya Pak Ngadimin bukan seorang guru. ( Mohon dimaafkan kalau saya salah) .  Beliau seorang TU atau tata usaha yang memilih keahlian di bidang elektronika.
     Selain mengajar elektro, Pak Ngadimin juga yang memasang semacam intercom  yang menghubungan setiap kelas dengan ruang kepala sekolah. Melalui intercom itu, Kepala sekolah bisa memantau kegiatan belajar mengajar di setiap kelas.  Meski pun hanya melalui suara.  Maklum, saat itu belum ada CCTV.  Jadi memantaunya cukup melalui suara. Masing-masing kelas dipasang satu unit intercom, yang kemudian di hubungkan dalam satu sentral di ruang kepala sekolah. Alat berbentuk kotak  berwarna putih ke abu-abuan itu dipasang  menempel di dinding atas bagian depan. Tepatnya di atas papan tulis.

    Tempat cukup tinggi dan tidak terjangkau oleh kita semua. Alat ini dilengkapi speaker yang cukup sensitive ( setidaknya untuk jaman itu ) sehingga bisa menangkap suara dalam kelas. Saat guru mengajar, atau  muridnya berisik akan tertangkap oleh alat tersebut dan bisa didengar melalui ruang kepala sekolah.


     Jadi sebenarnya, bukan hanya murid yang dipantau oleh kepala sekolah. Tetapi juga para guru-guru yang mengajar di kelas terpantau oleh kepala sekolah. Sekalipun ketika kepala sekolah memencet tombol  intercom dari ruangannya, akan terdengar suara klek…klek….. Sehingga guru juga memahami kalau dirinya sedang dipantau oleh kepala sekolah…..(bersambung )

PUISI PAGI NASRI AJI

SEKECAP

Aku sekecap potret anak kecewa
Dibingkai biru hampa bahasa cinta
Potret album, album cerita
Yang lepas dari koreksi orang tua

Ini naskah kami huruf angan angan
Yang menggugurkan otak
Di luar kandungan
Ilmu bumi yang kini kudapatkan
Ternyata hangus meracun di dada
Terbungkus buku plastik kebohongan

Di jendela Van Derburg kuhisap peka udara
Melayang layang sukma
Kulatah latah
Sambil minum asap dan dansa
Kupetik gitar disana..kunyanyikan lagu cinta
Mesti tak pernah ku dengar ...dilanda asmara

Meriem Belina dan boneka kawan setia
Antarkan aku ke rahim cagar jiwa...merentang duka derita
Didada kami rumput alun alun
Didada kami anak benalu
Kita semua sahabat

=


Kosisiti dan Kosibisri

Kawin didepan pak guru ngaji
Mreka tinggalkan nafas sma
Karena pristiwa di luar rencana
Erosinya nilai nilai agama
Satu bulan mreka putuskan untuk ikut klompok transmmigrasi
Memandang kota jogja yang  garang ini segala hidup sulit untuk dimengerti Karena resesi ekonomi..
Gerak gelombang menggoyang goyang
Mreka pindah ke gladak kapal barang
Diantara debu debu sampah mengucapkan slamat jalan...

Kibarkan bendera harapan bangsa
Sambutlah tepok ..tepok udara..
Kosisiti pujaan Bisri
Kosibisri harapan Siti

Kenangkanlah yogyakatamu

(mBogor, 27Okt16)
Bisri

Kamis, 27 Oktober 2016

CC 1 : Cerita Cekak 1

CC 1 : Cerita Cekak 1

Heri P      :  Han, sesuk esuk tak enteni nang jalan kaliurang yo.. aku arep mboceng kowe..
Handoyo :  Yoh...

.....esuke....

Handoyo : Kowe mboncenge ngadek yo.. pitku raono boncengane..
Heri P     : Yoh...

... tekan 403...

Heri P       : Ngampiri lestari yukk...
Handoyo   : Yoh...

... tekan omahe Lestari.....

Heri P  : Lest.. kowe tak boncengke nggo pit mu yo...
Lestari : Yoh...

...tutuge suk jemuwah...






Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (3) by AuRi jAyA

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (3)

     Tidak banyak sosok Isbakdi yang aku ingat. Namun kira-kira seperti itulah sosk bagian kecilnya. Kemudian teman kita Sutrisno. Sosok Sutrisno aku ingat benar. Meski aku tidak akrab dengannya. Mungkin, Sutris- begitu ia dulu akrab dipanggil – juga tidak lagi mengingat aku. Jangankan mengingat, mungkin ia juga tak pernah berpikir apa pun tentang ku.

     Sosok Sutris cukup akrab ditelingaku. Bukan lantaran kita dulu sering bermain bersama.  Bukan pula menjadi teman sepermainan. Sosok Sutris jaman dulu pasti jauh berbeda dengan sekarang. Dulu ketika SMP, sosok Sutris  sudah lebih dewasa dibandingkan teman – teman sebaya SMP. Ia menjadi panutan banyak orang.

      Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa akrab dengan Sutris. Seingat saya, beberapa teman yang sangat akrab dengan Sutris adalah Joko Teguh, Yusti dan mungkin juga Tito atau Itul.  Tentu masih banyak lagi. Hanya saja saya kurang mengingatnya.

      Tetapi, aku dulu mengenal Sutris. Dan Sutris mengenal saya.  Di sekolah, dulu tidak begitu dekat. Tetapi, entah karena apa, Sutris dulu sering bermain di kampung ku di Ngabean. Sutris bersama teman-temanya bahkan sering menginap di rumah salah seorang teman kampungku. Bahkan Sutris juga akrab dengan teman-teman sepermainan ku di kampung.

      Sutris dulu suka menyanyi. Ia pandai memetik gitar. Ia suka menyanyikan lagu yang liriknya nakal-nakal. Seperti lagunya doel Sumbang. Atau  lagu-lagu baladanya Iwan Fals. Tidak jarang, ia juga sering mengubah syair-syair lagu yang nakal menjadi lebih nakal lagi.

      Dulu aku pernah berpikir, Sutris lebih cocok jadi seniman.  Bahkan mungkin akan menjadi seniman. Apalagi, kalau tidak salah, ia adalah kerabat dalang terkenal.  Setidaknya di jaman itu. Sutris adalah kerabat dari dalang wayang kulit terkenal di Jogja awaktu itu. Ki Hadi Sugito, nama dalang itu.  Di jamanku, dalang ini cukup laris, karena lucunya.

      Tetapi itulah Sutris. Karena kepiawiannya memetik gitar ia banyak dikerubungi teman-temannya. Ia suka nongkrong. Ia juga banyak dikerubuti para perempuan. Tidak heran jika banyak perempuan yang suka sama dia. Pendeknya Sutris dulu adalah anak gaul. Anak gaul jaman itu. Penampilannya sederhana. Pakaian seadanya. Rayuannya lebih maut dari penampilannya!!

      Sekali lagi itulah sosok Sutris. Ia sosok pemberani. Suka sekali berantem. Ia benar-benar tampil sebagai lelaki jaman itu. Selain banyak yang suka sama dia, tetapi juga banyak yang takut sama dia. Tetapi, sebenarnya dia baik. Ia setia kawan. Kalau membela teman tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Pokoknya, Hajarrrr!!!

       Lain Sutris lain  Nurwidi Susilo. Dulu aku sangat dekat dengan sosok yang satu ini.  Dulu jaman SMP, kita lebih banyak bertiga. Terutama kala pulang sekolah. Nurwidi, Surono (alm) dan Aku. Kita selalu bertiga. Menginjak ke  kelas tiga, Nurwidi mulai akrab dengan Broto. Bahkan, saking akrabnya, Broto dan Nurwidi bagai pinang dibelah dua.

       Kemana-mana selalu bersama. Bahkan, Surono menjuluki keduanya  dengan sebutan dua keling. Ini maaf sebelumnya Broto maupun Nurwidi. Sebutan itu, mungkin karena keduanya dulu sama-sama hitam warna kulitnya.  Sekali lagi maaf, ini tidak bermaksud apa pun. Tetapi, kembali mengenang masa  lalu…

       Broto maupun Nurwidi dulu dua sosok yang pintar. Terutama di menjelang akhir SMP. Keduanya rajin sekali belajar. Pikirannya maju, bahkan suka bertanya yang sulit-sulit. Bacaannya juga lumayan banyak. Keduanya sering belajar hingga larut pagi. Minumnya kopi. Sehingga, kalau di kelas keduanya sangat kritis dalam bertanya.

       Sosok Nurwidi yang aku ingat adalah sosok yang unik.
Nurwidi
 

Aku dengan Nurwidi sebenarnya sangat dekat. Bapak dan Ibunya Nurwidi adalah seorang guru SD. Kedua orang tuanya berteman baik dengan Bude dan Pak De ku, yang juga sesame guru SD. Dulu dari SD sampai SMA memang ikut  tempat  Bu De ku. Bahkan keduanya akrab. Keakraban orang tua itulah, yang kemudian membawanya aku dengan  Nurwidi  saling mengetahui dan saling mengerti satu sama lain.

       Meski begitu, tidak jarang kita juga berantem. Nurwidi adalah sosok yang gampang marah. Namun, dia tidak lama kalau marah. Cepat berbalik dan baik. Ia juga usil. Bahkan saking usilnya, bapaknya sendiri sering dikerjain sama Nurwidi.

       Suatu malam, aku sedang bermain di rumahnya di Kayen. Bapaknya Nurwidi tiba-tiba marah-marah. Entah apa yang menjadi penyebab kemarahannya.  
nurwidi (sekarang)

Cuma aku sedikit tidak enak waktu itu. Nurwidi menjadi salah satu anaknya yang menjadi sasaran kemarahan bapaknya. Maklum, Nurwidi bukan anak satu-satunya dalam keluarga itu. Seingatku dia masih punya beberapa kakak lelaki dan kakak perempuan.

       Lebih kaget lagi,  di puncak kemarahannya Bapaknya Nurwidi melempar tempat sabun colek ke arah  Nurwidi. Mungkin karena tidak enak  dengan suasana saat itu, Ibu Nurwidi menyuruh kita keluar saja. Akhirnya aku dan Nurwidi keluar rumah. Kita bersepeda. Tidak punya tujuan waktu itu. Kita asal mengayuh sepeda, yang penting keluar dari rumah.

        Tidak jauh dari rumahnya kita berhenti. “Tin…tin ,” tiba-tiba  Nurwidi memanggilku. Kebetulan aku bersepeda di depannya. “Kowe tak kandani yo, ning ojo omong-omong,”  katanya. Aku hanya terdiam. Belum aku menjawab, ia sudah menyambung, “kowe ngerti kenopo Bapak ku nesu-nesu,” katanya.
Auri Jaya (didarat, dilaut,diudara, +diranjang)
“Lah kenopo,”  tanyaku. 
“Bapak ku ndemok tai ( maaf bukan berarti jorok ya ) ku,” ujar Nurwidi. “lah ko Iso,” tanyaku masih belum mengerti.  Akhirnya kita duduk di pinggiran jalan diseputaran jalan kaliurang.  Sebelum cerita Nurwidi sempat membeli gorengan.  .Waktu menyuruh keluar, rupanya ibunya nurwidi memberikan sejumlah uang untuk beli gorengan .

        Saat itu pula Nurwidi bercerita. 
nuwidi+joko ts
Ia mengaku sempat kesal dengan Bapaknya. Entah karena apa aku tidak ingat lagi. Yang aku ingat, saking kesalnya Nurwidi dengan Bapaknya sampai dia berbuat iseng. Keisengan Nurwidi waktu itu memang cukup berani, kalau tidak dibilang keterlaluan. Entah dapat ide dari mana, Nurwidi mengganti sabun colek dengan Tai.

       Menurut cerita Nurwidi,  “Sabune wis entek toh, terus tak isi nganggo tai ku,” kata Nurwidi bercerita sambil tertawa. Kebetulan, Bapaknya Nurwidi kalau mandi sudah malam.  Sehingga gelap, mungkin agak remang-remang. Tanpa berprasangka apa pun, ketika akan mandi, bapaknya langsung mengambil sabun di tempat itu. Ia tidak menyadari atau bahkan mengetahui kalau isinya sudah diganti.

   Mungkin, di kegelapan itu sang Bapak baru menyadari kalau sabun yang dipakainya beda. “Kok mambu tai,”  begitu mungkin kata Bapaknya. Satu dua kali, mungkin belum menyadari kalau bau itu dari sabun colek yang dicoleknya saat mandi. “Bapakku lagi ngerti mbasan wis nggosok awake je,” kata Nurwidi sambil tertawa ngakak. “Dadine Bapakmu mau adus nganggo sabun Tai mu,” tanyaku setengah terbelalak. “Iyoooooo,” katanya. Kita berdua pun tertawa ngakak….sengakak-ngakaknya. Tidak mengerti kalau perbuatan itu kurang ajar.  Tidak mengerti pula kalau perbuatan itu jahat…yang kita mengerti waktu itu adalah lucu..lucu sekali. ( bersambung )

Rabu, 26 Oktober 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (2) by AurY JaYa

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini ( 2)

Dulu saya sering bercanda dengan Isbakdi. Dia satu permainan, bersama Ndaru. Dan satu bidang dalam pelajaran ketrampilan. Dia ikut pingpong. Dia juga ikut elektro. Di dua bidang itu, kami selalu bersama.  Meski tidak selalu dalam sekelas, kita sering bersama dalam pelajaran ketrampilan itu.  Bahkan, kita juga pernah sama-sama kena strap dari Bu Maria.

Selain mengajar olah raga, Bu Maria juga mengajar ketrampilan bebas pingpong. Banyak teman di sini. Ada Winarto, Martoyo Basuki, Isbakdi, Broto dan masih banyak yang lain. Pelajaran ini menempati aula sekolah.  Pesertanya banyak, tetapi meja pingpong yang tersedia hanya tiga unit. Sehingga, kita harus bergantian untuk memainkannya.

Tatkala ada yang bermain, pasti yang lainnya menunggu .  Meski begitu, Bu Maria bikin aturan, bagi yang menunggu atau tidak bermain tetap diam di dalam aula. Tidak boleh keluar,  kecuali ke toilet. Itu juga harus izin…

Tetapi,  tidak sedikit yang sering mencuri-curi keluar. Termasuk aku adalah yang sering mencuri-curi untuk keluar. Seringnya sama Winarto atau Ndaru.  Beberapa kali Isbakdi juga pernah ikut.
Isbakdi

Kemana kita keluar meninggalkan aula? Hmmm ….kasih tahu nggak yaaa?!!! Kita sering mengintip kelas lain. Siapa sasaran kita ? Para penari……yang diasuh Pak Wahyu.

Ndaru memang teman paling usil di grup pingpong.  Anaknya kecil, ia lelaki tetapi cerewetnya kayak perempuan. Suaranya melengking. Ia sering di luar control kalau berteriak. Tak jarang ia kena tegur Bu Maria. Bukan hanya itu. Ndaru orangnya super aktif, tidak pernah bisa diam. Ia suka bercanda. Ia juga suka mengejek teman-temannya tanpa beban. Karena itu, ia sering kena jewer .  Tetapi ia tidak pernah kapok. Malahan mungkin Bu Maria yang bosan menjewer Ndaru.

Untuk urusan mengintip penari, Ndaru punya istilah keren waktu itu . Nginjen dhere !!! Dhere adalah anak ayam yang sedang beranjak dewasa. Aku sendiri tidak pernah bertanya, mengapa namanya dhere. Sepertinya, kita sepakat saja dengan istilah  itu. Untuk beraksi, kita selalu melihat kapan Bu Maria lengah. Atau kapan Ibu Maria masuk ke ruang Kantor.  Biasanya, kami memang sering ditinggal.


Saat-saat seperti itulah kita beraksi. Jika anak yang ikut banyak, tidak semua beraksi. Ada sebagian yang menjaga gang, kalau-kalau bu Maria datang. Tidak mudah mengintip penari yang sedang berlatih.  Karena jendela kelas cukup tinggi. Ketinggian kita belum mencapai batas jendela itu. Meski begitu, ada aja cara untuk bisa memuluskan aksi.

Mungkin karena  bermasalah dengan ketinggian, sering membuat gaduh di luar. Karena itu sering membuat marah guru nari. Pak Wahyu yang gondrong dan jarang tersenyum itu tidak membuatnya kami takut. Kalau pun Pak Wahyu marah, paling kita tinggal lari. Mungkin, pak Wahyu cukup jengkel dengan ulah kita. Melaporlah ia ke Bu Maria.

Inilah awal petaka. Suatu ketika, aku tidak melihat Bu Maria di aula. Aku pikir dia keluar. Maka aku ajak Winarto dan Ndaru. “Ayo  dhere…dhere..” kataku. Winarto menanggapi ajakan ku.  Namun, tanpa menunggu panjang, aku keluarlah aula. Aku tidak lagi mempedulikan winarto. Mulailah aku beraksi.

Saat kepala ku sudah masuk di sela-sela jendela  yang setengah  terbuka, semuanya masih aman.  Aku bisa leluasa melihat punggung para penari. Maklum, karena kami melihatnya dari jendela belakang. Jadi hanya bisa melihat bagian belakangnya. Punggunnya, ke bawah pantatnya sedang berlenggok. Kalau para penari itu melakukan gerakan memutar baru kita bisa melihat wajahnya….serrrrr  kalau kita melihat penari yang kita taksir waktu itu.

Tentu tidak bisa berlama-lama mengintip seperti itu. Serasa sudah cukup lega maka selesai lah sudah. Demikian juga aku. Usai mengintip, aku bergegas ke aula. Tetapi apa yang terjadi. Semua gerak-gerik ku diikuti bu Maria.  Bisa dibayangkan saat itu, Bu Maria berdiam saja tampangnya sudah galak. Bagaimana kalau dia sudah marah, Pasti lebih galak.

Demikian juga dengan kejadian saat itu. Usai mengintip aku bergegas kembali ke aula. Namun, rupanya, Bu Maria sengaja menghadangku di depan pintu aula. Aku kaget, takut, entahlah…aku bingung waktu itu. Sesampaikan di depan pintu, Bu Maria menghadik “ Dari mana kamu ?’’ dengan mata melotot.

“Waduuuh,” kataku dalam hati. Jangan-jangan Bu Maria tahu ya aku barusan mengintip.  Lagi-lagi aku ketakutan. Lagi-lagi aku kebingungan mau menjawab apa. Mau bohong….nggak berani. Mau jujur… malu. “Hayo jawab, dari mana,” kata bu Maria sembari memegang telinga ku. Aku semakin ketakutan. Bibir ku bergetar. Semakin aku diam,semakin kencang Bu Maria menarik telingaku.

Aku mulai kesakitan. “Jawab…..”, gertaknya. Aku terkaget-kaget saat itu. Tanpa aku sadari aku menjawab, “Nginjen dherrrr e Bu,” kataku.  “ Apaaaaa….?! “  gertak Bu Maria sambil menarik telinga ku makin kencang.  “Ampun-ampun dherree bu,” kata ku. Entah karena apa, sepertinya Bu Maria  sedikit menahan tawa.  Lalu ia bertanya,” dimana ada dhere, ayo tunjukan ke Ibu,” katanya. Aku hanya terdiam. Lantasia ia  bertanya lagi,”Kamu tahu dheree itu apa ?”.

Lagi-lagi aku terdiam. Bu Maria seperti hilang kesabaran. “Sekarang tunjukan dhere mu siapa,” kata Bu Maria. Aku kaget. Semakin diam. Takut. Tapi juga malu. “Enggak ada bu. Aku  cuma main-main aja.” Sepertinya aku mulai ketakutan. Mungkin saking takutnya,  mataku mulai memerah. Tidak sadar aku mau nangis. “Bu saya minta maaf. Saya Salah,…..,” kataku. Bu Maria rupanya hanya menunggu permintaan maaf itu.  Buktinya setelah minta maaf aku dipersilakan masuk ke aula lagi.

Tak lama kemudian, Bu Maria mengumpulkan semua anak. Bu  Maria seperti marah.  Semua kena amarahnya. Ia akhirnya ia mengaku, kalau selama ini sering mendapat complain dari Pak Wahyu, kalau anak asuhnya suka mengintip. Suka mengganggu. “Ibu tidak mau lagi mendengar kalian berkeliaran seperti anak-anak liar…..bla…bla.”


Kami semua hanya terpaku diam, mendengar omelan ibu Maria. “Kamu, Ibu strap. Selama kompetisi,  jika kamu tidak main, kamu jadi wasit. Kamu menghitung skor teman kamu yang sedang main,” kata Bu Maria sambil mengacungkan jari telunjuknya ke muka ku. Aku diam menunduk. “Ngerti…,” kata Bu Maria. “Iya bu…..,” kataku. Dan semenjak itu, aku menjalani hukuman ku sampai kompetisi selesai. Ini semua gara-gara nginjen dhereeeee!!!! Dan jangan pernah bertanya, siapa dhere nya,…. (bersambung )

Selasa, 25 Oktober 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka kini (1) by AUri JAya



Antara Kenangan, Suka dan Duka  kini (1)

Usia grup WA ini  (alumni CC1 ) belum genap setengah tahun. Kita saling mengenal kembali, setelah sekian puluh tahun berpisah, juga seusia grup WA itu. Tetapi, sejak saya bergabung di grup WA ini suasananya  sangat dinamis. Menyenangkan !!! Senda gurau, canda tawa bahkan mungkin berbagi duka begitu  mengalir. Polos…!!

Seperti tak ada yang ditutup-tutupi. Kalau pun ada, itu tidak penting. Itu bagian dari privasi seseorang. Berteman atau berkawan tetep harus ada batas-batas maupun norma-norma yang ada. Batasnya seperti apa ? Normanya bagaimana?  Itu juga terserah masing-masing. Setiap individu memiliki batasannya sendiri.  Norma baku dalam berteman pasti juga sudah ada. Namun masing-masing juga memiliki batasannya, punya toleransi yang berbeda  antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Toh  tujuan dari berkumpulnya kembali, setelah sekian lama berpisah bukan untuk menilai seseorang. Bukan pula untuk menilai gagalnya atau suksesnya sesorang.  Kita berkumpul sebagai kawan. Sebagai teman. Seperti tagline yang sudah mengalir, kekancan saklawase.

Kekancan saklawase.  Mungkin artinya berteman selamanya. Kekancan sendiri memiliki makna, bahwa kita berteman dengan segala ketulusannya. Tanpa memandang saya siapa, dan juga anda siapa? Kekancan di sini, basisnya adalah masa lalu kita. Ketika kita sama-sama di SMP Condong Catur 1. Seperti juga waktu di SMP dulu, kita tidak pernah dikastakan saya anak siapa atau kamu anak siapa. Kedudukannya sama, apakah anda anak pak lurah, anak tentara, anak guru, anak petani, anak buruh, atau anak apa saja. Semuanya sama!!

Kini pertemanan mulai mengalir. Pertemuan demi pertemuan terus digagas dan digalang. Tujuannya tentu satu, untuk lebih mendekatkan antara satu dengan yang lainnya. Tentu, setiap pertemuan akan menyisakan pengalaman baru. Apalagi, jika dalam pertemuan itu kita bertemu teman baru dari stok lama. Mengapa stok lama, karena kita sudah berteman sejak lama, berpisah dan menghilang, kini bertemu kembali. Setelah lama tidak bertemu, saat pertama kali bertemu serasa mendapatkan teman baru lagi.

Namun sayang, tidak semua bisa menikmati suka cita pertemuan yang sudah berkali-kali berjalan . Penyebabnya banyak. Lokasi dan tempat tinggal menjadi kendala utama. Maklum, kita telah berpisah dan berpencar. Beruntung bagi yang masih berada di seputaran Jogja. Karena pertemuan banyak dilakukan di Jogja. Yang tinggal di luar Jogja tentu sulit untuk bisa saling bertemu, sekalipun itu sebulan sekali.

Tetapi, Alhamdulillah. Masih ada grup WA yang cukup aktif. Melalui grup itu bisa saling mengabarkan dan berbagi suka maupun duka. Terutama bagi teman-teman yang ngumpul, kemudian meng upload foto-foto. Sekalipun kita tidak ada diantara mereka, namun melalui foto-foto itu kita bisa ikut merasakan betapa indahnya kebersamaan itu.
Betapa indahnya bertemu teman lama itu. Betapa indahnya kita bercengkarama dengan teman-teman sepermainan dulu dan teman-teman satu sekolah masalalu.

Tetapi, ditengah indahnya suasana itu  aku terbesit sedikit duka. Ada beberapa teman kita yang saat ini sedang berjuang untuk dirinya. Berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Sebut saja, teman kita Nurwidi Susilo, Isbakdi , Sutrisno . 
Mungkin masih ada lagi teman kita yang mendapatkan ujian yang sama dan belum saya sebut namanya. Saya minta maaf. Juga bagi mereka yang tengah berjuang untuk suaminya, untuk istrinya, untuk keluarganya. Ujian hidup bisa datang setiap saat. Ujian hidup bisa menimpa siapa saja. Ujian hidup tentu tidak untuk diratapi, tetapi untuk disikapi, dihadapi dengan berbagai cara untuk dicari solusinya.

Ditengah duka itu, saya merasa bangga, haru, dan senang ketika beberapa teman masih berempati untuk meluangkan waktunya, mungkin juga rezekinya untuk beranjang sana menengok mereka ke rumahnya. Saya senang dengan spontanitas mereka. Kepedulian mereka. Saya berterima kasih kepada teman-teman seperti Sukidi, Sodiq, Astha,  Asih, Zaitun, Sri Mulyani, Yuli, Suryati, Sirwani, Tri Suhartini dan semua teman-teman yang tentu tidak bisa aku sebut satu persatu..

Sungguh saya terharu ketika menyaksikan penggalan video Isbakdi yang ternyata masih pandai menyanyi. Juga Sutrisno yang masih mau bernyanyi dalam kondisinya yang sekarang. Sungguh kalian berdua adalah orang-orang yang tegar dan hebat dalam menghadapi ujian terberat dalam hidup ini. Sungguh kalian berdua adalah orang-orang  yang optimis sehingga masih terus bertahan dan berusaha untuk sembuh, betapa berat sakit yang kalian derita.  ( bersambung )

Senin, 24 Oktober 2016

Anjangsana 2 (by Zaitun Nia)

Silaturahmi  yang  tak  boleh  terputus..

Semenjak kita terputus untuk waktu yang cukup lama 33 tahun, kini kita dipertemukan lagi dengan adanya kemajuan teknologi WA yang sebelumnya tak terbayang olehku ..
Kemajuan Teknologi dapat mendekatkan yang jauh…
Dengan segala cerita dari teman teman …membuat aku jadi rindu akan situasi jaman SMP dulu…yang sebenarnya nggak ada yang special saat itu…
Dan ternyata.. saat bertemu kembali membuat suasana jadi lain…kita akrab..saling ejek…saling gojek..saling ketawa… saling support…saling menyapa..saling berbagi, semua ada disini…kadang sampai lupa waktu dan usia kalo kita sudah bukan SMP lagi…
Ada warna lain dalam kehidupan yang saya alami ..tidak monoton, tidak sedikitpun yang membosankan. Mungkin karena kita satu usia kalii..dan sudut pandang kita yang sama membuat kita makin heboh dan umyek (itu istilah temen kita untukku) dan aku enjoy aja dengan julukan apapun yang diberikan padaku, yang penting kita bisa berbagi bahagia bersama dan bernostalgia dengan teman-teman lama.
Cerita senang dari kesuksesan teman-teman membuat aku ikut merasakan  kegembiraannya..salut buat keberhasilan kalian semua…kami jadi saling bercanda..ketawa-tawa, makan makan, main bareng, seperti yang kita lakukan dulu jaman masih SMP dengan bersepeda..dan kita ulangi lagi sekarang disaat umur sudah tidak muda lagi dengan bersepeda motor ..
Tanpa beban dan dengan gembira, kita rasakan masa masa indah waktu sekolah di SMP CC I dengan tidak melihat dari kelas mana…pernah satu kelas nggak…dulu kenal nggak…atau apalah-apalah…
Dari kegiatan teman2 yang kadang haha hehe, ada yang menyentuh sanubariku mereka saling support  satu dengan yang lainnya apalagi yang sedang dapat ujian..

Ada juga cerita sedih yang saya rasakan karena ada dari antara teman-temanku sedang mendapat cobaan dari Alloh SWT Yang Maha Kuasa ..
Akupun ikut merasakan kesedihan itu.. dan kita bergantian maupun bersama sama nengoki temen kita yang lagi sakit atau kena musibah hanya untuk sekedar memberikan kegembiraan yang kita rasakan…
Alhamdullilah…usaha kita membuahkan hasil…temen kita yang sedang sakit merasa senang dan bahagia  dengan support dari kita…..bernyanyi bersama…bercerita ngalor ngidul membuat mereka ngakak bareng dan kamipun bergembira bersama tanpa beban dan lupa dengan sakit yang dideritanya walau hanya sesaat .. Mereka bersemangat kembali dengan cobaan yang diberikannya..dan merasa masih mempunyai teman yang peduli dengannya …
Ayo  berjuang sobat-sobatku, Kami selalu berdoa untuk kesembuhanmu…
Dan kita bercerita ha ha hi hi lagi ..ngakak bareng…dolan  bareng …jajan bareng … ngulangi jaman SMP dulu dengan bahagia dan  salam horeee..



Sudah dulu capee..


Sambung besok lagi dengan cerita yang lain


Ayo mana ceritamu teman-teman?

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...