Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (3)
Tidak banyak sosok Isbakdi yang
aku ingat. Namun kira-kira seperti itulah sosk bagian kecilnya. Kemudian teman
kita Sutrisno. Sosok Sutrisno aku ingat benar. Meski aku tidak akrab dengannya.
Mungkin, Sutris- begitu ia dulu akrab dipanggil – juga tidak lagi mengingat
aku. Jangankan mengingat, mungkin ia juga tak pernah berpikir apa pun tentang
ku.
Sosok Sutris cukup akrab
ditelingaku. Bukan lantaran kita dulu sering bermain bersama. Bukan pula
menjadi teman sepermainan. Sosok Sutris jaman dulu pasti jauh berbeda dengan
sekarang. Dulu ketika SMP, sosok Sutris sudah lebih dewasa dibandingkan
teman – teman sebaya SMP. Ia menjadi panutan banyak orang.
Hanya orang-orang tertentu
saja yang bisa akrab dengan Sutris. Seingat saya, beberapa teman yang sangat
akrab dengan Sutris adalah Joko Teguh, Yusti dan mungkin juga Tito atau
Itul. Tentu masih banyak lagi. Hanya saja saya kurang mengingatnya.
Tetapi, aku dulu mengenal
Sutris. Dan Sutris mengenal saya. Di sekolah, dulu tidak begitu dekat.
Tetapi, entah karena apa, Sutris dulu sering bermain di kampung ku di Ngabean.
Sutris bersama teman-temanya bahkan sering menginap di rumah salah seorang
teman kampungku. Bahkan Sutris juga akrab dengan teman-teman sepermainan ku di
kampung.
Sutris dulu suka menyanyi.
Ia pandai memetik gitar. Ia suka menyanyikan lagu yang liriknya nakal-nakal.
Seperti lagunya doel Sumbang. Atau lagu-lagu baladanya Iwan Fals. Tidak
jarang, ia juga sering mengubah syair-syair lagu yang nakal menjadi lebih nakal
lagi.
Dulu aku pernah berpikir,
Sutris lebih cocok jadi seniman. Bahkan mungkin akan menjadi seniman.
Apalagi, kalau tidak salah, ia adalah kerabat dalang terkenal. Setidaknya
di jaman itu. Sutris adalah kerabat dari dalang wayang kulit terkenal di Jogja
awaktu itu. Ki Hadi Sugito, nama dalang itu. Di jamanku, dalang ini cukup
laris, karena lucunya.
Tetapi itulah Sutris. Karena
kepiawiannya memetik gitar ia banyak dikerubungi teman-temannya. Ia suka
nongkrong. Ia juga banyak dikerubuti para perempuan. Tidak heran jika banyak
perempuan yang suka sama dia. Pendeknya Sutris dulu adalah anak gaul. Anak gaul
jaman itu. Penampilannya sederhana. Pakaian seadanya. Rayuannya lebih maut dari
penampilannya!!
Sekali lagi itulah sosok
Sutris. Ia sosok pemberani. Suka sekali berantem. Ia benar-benar tampil sebagai
lelaki jaman itu. Selain banyak yang suka sama dia, tetapi juga banyak yang
takut sama dia. Tetapi, sebenarnya dia baik. Ia setia kawan. Kalau membela
teman tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Pokoknya, Hajarrrr!!!
Lain Sutris lain
Nurwidi Susilo. Dulu aku sangat dekat dengan sosok yang satu ini. Dulu
jaman SMP, kita lebih banyak bertiga. Terutama kala pulang sekolah. Nurwidi,
Surono (alm) dan Aku. Kita selalu bertiga. Menginjak ke kelas tiga,
Nurwidi mulai akrab dengan Broto. Bahkan, saking akrabnya, Broto dan Nurwidi
bagai pinang dibelah dua.
Kemana-mana selalu
bersama. Bahkan, Surono menjuluki keduanya dengan sebutan dua keling. Ini
maaf sebelumnya Broto maupun Nurwidi. Sebutan itu, mungkin karena keduanya dulu
sama-sama hitam warna kulitnya. Sekali lagi maaf, ini tidak bermaksud apa
pun. Tetapi, kembali mengenang masa lalu…
Broto maupun Nurwidi
dulu dua sosok yang pintar. Terutama di menjelang akhir SMP. Keduanya rajin
sekali belajar. Pikirannya maju, bahkan suka bertanya yang sulit-sulit.
Bacaannya juga lumayan banyak. Keduanya sering belajar hingga larut pagi.
Minumnya kopi. Sehingga, kalau di kelas keduanya sangat kritis dalam bertanya.
Sosok Nurwidi yang aku
ingat adalah sosok yang unik.
Aku dengan Nurwidi sebenarnya sangat dekat. Bapak dan Ibunya Nurwidi adalah seorang guru SD. Kedua orang tuanya berteman baik dengan Bude dan Pak De ku, yang juga sesame guru SD. Dulu dari SD sampai SMA memang ikut tempat Bu De ku. Bahkan keduanya akrab. Keakraban orang tua itulah, yang kemudian membawanya aku dengan Nurwidi saling mengetahui dan saling mengerti satu sama lain.
Nurwidi |
Aku dengan Nurwidi sebenarnya sangat dekat. Bapak dan Ibunya Nurwidi adalah seorang guru SD. Kedua orang tuanya berteman baik dengan Bude dan Pak De ku, yang juga sesame guru SD. Dulu dari SD sampai SMA memang ikut tempat Bu De ku. Bahkan keduanya akrab. Keakraban orang tua itulah, yang kemudian membawanya aku dengan Nurwidi saling mengetahui dan saling mengerti satu sama lain.
Meski begitu, tidak
jarang kita juga berantem. Nurwidi adalah sosok yang gampang marah. Namun, dia
tidak lama kalau marah. Cepat berbalik dan baik. Ia juga usil. Bahkan saking
usilnya, bapaknya sendiri sering dikerjain sama Nurwidi.
Suatu malam, aku
sedang bermain di rumahnya di Kayen. Bapaknya Nurwidi tiba-tiba marah-marah.
Entah apa yang menjadi penyebab kemarahannya.
Cuma aku sedikit tidak enak waktu itu. Nurwidi menjadi salah satu anaknya yang menjadi sasaran kemarahan bapaknya. Maklum, Nurwidi bukan anak satu-satunya dalam keluarga itu. Seingatku dia masih punya beberapa kakak lelaki dan kakak perempuan.
nurwidi (sekarang) |
Cuma aku sedikit tidak enak waktu itu. Nurwidi menjadi salah satu anaknya yang menjadi sasaran kemarahan bapaknya. Maklum, Nurwidi bukan anak satu-satunya dalam keluarga itu. Seingatku dia masih punya beberapa kakak lelaki dan kakak perempuan.
Lebih kaget
lagi, di puncak kemarahannya Bapaknya Nurwidi melempar tempat sabun colek
ke arah Nurwidi. Mungkin karena tidak enak dengan suasana saat itu,
Ibu Nurwidi menyuruh kita keluar saja. Akhirnya aku dan Nurwidi keluar rumah.
Kita bersepeda. Tidak punya tujuan waktu itu. Kita asal mengayuh sepeda, yang
penting keluar dari rumah.
Tidak jauh dari
rumahnya kita berhenti. “Tin…tin ,” tiba-tiba Nurwidi memanggilku.
Kebetulan aku bersepeda di depannya. “Kowe tak kandani yo, ning ojo
omong-omong,” katanya. Aku hanya terdiam. Belum aku menjawab, ia sudah
menyambung, “kowe ngerti kenopo Bapak ku nesu-nesu,” katanya.
Auri Jaya (didarat, dilaut,diudara, +diranjang) |
“Bapak ku ndemok tai ( maaf bukan berarti jorok ya ) ku,” ujar
Nurwidi. “lah ko Iso,” tanyaku masih belum mengerti. Akhirnya kita duduk
di pinggiran jalan diseputaran jalan kaliurang. Sebelum cerita Nurwidi
sempat membeli gorengan. .Waktu menyuruh keluar, rupanya ibunya nurwidi
memberikan sejumlah uang untuk beli gorengan .
Saat itu pula
Nurwidi bercerita.
Ia mengaku sempat kesal dengan Bapaknya. Entah karena apa
aku tidak ingat lagi. Yang aku ingat, saking kesalnya Nurwidi dengan Bapaknya
sampai dia berbuat iseng. Keisengan Nurwidi waktu itu memang cukup berani,
kalau tidak dibilang keterlaluan. Entah dapat ide dari mana, Nurwidi mengganti
sabun colek dengan Tai.
nuwidi+joko ts |
Menurut cerita
Nurwidi, “Sabune wis entek toh, terus tak isi nganggo tai ku,” kata
Nurwidi bercerita sambil tertawa. Kebetulan, Bapaknya Nurwidi kalau mandi sudah
malam. Sehingga gelap, mungkin agak remang-remang. Tanpa berprasangka apa
pun, ketika akan mandi, bapaknya langsung mengambil sabun di tempat itu. Ia
tidak menyadari atau bahkan mengetahui kalau isinya sudah diganti.
Mungkin, di kegelapan
itu sang Bapak baru menyadari kalau sabun yang dipakainya beda. “Kok mambu
tai,” begitu mungkin kata Bapaknya. Satu dua kali, mungkin belum
menyadari kalau bau itu dari sabun colek yang dicoleknya saat mandi. “Bapakku
lagi ngerti mbasan wis nggosok awake je,” kata Nurwidi sambil tertawa ngakak.
“Dadine Bapakmu mau adus nganggo sabun Tai mu,” tanyaku setengah terbelalak.
“Iyoooooo,” katanya. Kita berdua pun tertawa ngakak….sengakak-ngakaknya. Tidak
mengerti kalau perbuatan itu kurang ajar. Tidak mengerti pula kalau
perbuatan itu jahat…yang kita mengerti waktu itu adalah lucu..lucu sekali. ( bersambung )
Hebat-hebat-hebat aku tunggu kelanjutannya.
BalasHapusIngatanmu akan kenangan masa SMP kelet banget Aury.
Saluuuut.
Ya ampuuun , byuh...byuh Nurwidi ki jiaan tenan kog.
BalasHapusmugo-mugo ora ditiru anakke.
Sing mu nulis tentang iki sukses Aury...he he he
auri, kowe cocik dadi wartawan " dari masa ke masa" ...
BalasHapusngedap-ngedapi tenan !
Buat sobat ku Atin good
BalasHapus...ning koncoku le guyon ko ngono yo...nek aq dadi bpkne tak rujak tenan....
Tak kon .....ados nggo sabun kuwi nganti entek.
Dere cc okeh sing bening bening lho ...
BalasHapusHayo sing endi....kulonan.loran.kidulan pastine ko wetanan yo?
Atin bener bener super mario brossss............
BalasHapusTapi aku heran sobat ku berbuat gitu ya......
Kalo aq tanaman padi yg mau di tandur
Kae tak tulisi saru....i**l nganggo banyu jarang ...mbareng winihe mati ono tulisane saru .....I**L puas puas....
...