Jumat, 28 Oktober 2016

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (4) by AuRI jaYA

Antara Kenangan, Suka dan Duka Kini (4)

     Mungkin Nurwidi tidak begitu suka  kisah itu aku ceritakan di sini. Tetapi, sekali lagi mohon maaf, kisah itu masih begitu terngiang di benak ku. Kalau ingat Nurwidi, peristiwa itulah yang selalu terngiang di pikiranku. Sekali lagi, saya minta maaf kepada Nurwidi jika dikemudian hari tidak berkenan. Bagiku peristiwa itu adalah kenakalan yang kreatif, yang mungkin seribu satu bisa ditemukan dalam sepanjang sejarah hidup ku.

      Dulu kita berteman baik dengan Nurwidi dan Broto.  Di luar kenakalannya Nurwidi adalah sosok yang rajin belajar. Ia tekun  dalam belajar. Pertemanannya dengan Broto kadang membuatnya aku iri. Karena mereka berdua ini sangat rajin , bahkan sangat rajin sekali dalam mempelajari setiap mata pelajaran.

      Tidak jarang mereka berdua belajar hingga larut malam. Bahkan sampai dinihari.  Mereka berdua rajin belajar Fisika. Juga matematika.  Aku juga tidak pernah bertanya  mengapa mereka berdua menyukai dua pelajaran itu. Aku sendiri sebenarnya tidak begitu menyukai  kedua mata pelajaran itu. Kalau pun aku bisa mengerjakan sebagian pelajaran matematika itu karena guru kita Bu Dyah,  guru yang sangat sabar.
SriMul & Bu Diyah

     Berkat kesabaran Ibu Dyah aku bisa mengerti matematika. Berkat ketelatenan Bu Dyah aku suka mengerjakan pekerjaan rumah matematika.  Dulu Bu Dyah selalu memeriksa buku pelajaranku.  Beliau selalu bertanya, kamu sudah belajar apa ? Kamu sudah mengerjakan apa?  Pekerjaan rumah yang kemarin kamu kerjakan tidak ?  Begitu seterusnya. Setiap ada pertemuan dengan Bu Dyah, aku selalu dicecar dengan banyak pertanyaan, Sehingga membuat ku takut,  dan mau tidak mau aku harus selalu bersiap-siap saat  ada pelajaran matematika. Aku tidak tahu apa jadinya kalau guru matematika bukan bu Dyah. Pasti aku tidak akan bisa apa-apa lagi.

       Kondisi itu jauh berbeda dengan Nurwidi atau Broto dua teman ku yang sangat cerdas itu. Mereka berdua mungkin tidak serajin aku dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Tetapi,  mereka berdua selalu mengerti dan bisa ketika diminta maju ke papan tulis untuk mengerjakan soal. Bukan hanya itu, mereka beredua selalu mendapatkan nilai yang bagus jika mengerjakan soal-soal ulangan.

        Jujur, dulu aku sempat iri kepada mereka berdua. Mereka ko bisa pinter kayak gitu. Mereka ko bisa semuanya. Tetapi setelah aku tahu, mereka berdua belajar keras  akhirnya memakluminya. Meski kadang aku juga masih sering bertanya dalam hati, aku juga belajar. Tetapi kenapa aku tidak mengerti. Aku kadang juga sampai pagi, tapi aku juga gak mengerti. 

        Aku, Broto dan Nurwidi memiliki kegemaran yang sama. Sama-sama suka membaca. Membaca apa saja. Membaca novel suka. Membaca komik, juga suka.  Termasuk novel-novel dewasa saat itu. Seperti novel-novel karya Motinggo Busye, atau bahkan Nick Carter.  Pokoknya membaca apa saja. Bedanya, Nurwidi dan Broto juga suka membaca buku-buku science. Buku-buku  Bilogi. Buku-buku tentang alam .

                Broto dan Nurwidi juga terbilang rajin meminjam buku di perpustakaan sekolah.  Di perpustakaan sekolah itu pula, aku ingat Nurwidi sering menggoda Bu Guru (maaf aku namanya lupa) yang menjaga Perpustakaan. Ibu guru kita – yang di perpustakaan – kalau aku ingat kembali orangnya  seksi. Tetapi dia sering seperti mengantuk. Tapi sayang, kala itu aku belum mengenal seksi. Tetapi, Nurwidi sudah mengerti apa itu seksi. Bahkan ia sering mendiskripsikan bibir nya yang seksi. Pahanya yang besar.  Pokoknya  begitulah. Dulu aku masih kurang nyambung kalau diajak bersenda gurau soal itu. Apalagi kalau sudah dihubungkan dengan novel yang dibacanya.

      Tentu banyak lagi temen-temen  SMP ku yang secerdas dan sepintar Nurwidi atau Broto. Kalau aku hanya bercerita tentang dua orang ini, karena aku hanya mengingat mereka berdua.  Kalau pun tahu, mungkin tidak sedetil itu. Kita masih ingat Yayuk  atau Sri Rahayu misalnya. Dia juga salah satu teman yang aku kenal kritis.


 Yayuk dulu suka berdebat. Biar perempuan tetapi penampilannya kaya lelaki. Semangatnya luar biasa, tidak pernah mau kalah dengan lelaki. Aku pernah satu kelas sama dia. Juga pernah satu kelas dalam ketrampilan Elektronik. Di ketrampilan ini Yayuk menjadi kaum minoritas. Karena sebagian besar pengukutnya adalah lelaki.

 Seingat aku Yayuk memang tidak sendiri. Masih ada beberapa lagi perempuan. Namun biar perempuan Yayuk seperti tak mau kalah. Dia tak sungkan-sungkan main Soldir, mematri dan mengerjakan tugas.  

Pekerjaan ketrampilan pertama yang kita buat di kelas itu  adalah membuat Radio Transistor. Kita membeli komponennya. Kemudian merangkainya menjadi sebuah radio.
    Ketika itu cukup asik rasanya mengerjakan pekerjaan ini. Bahkan, dulu aku cukup senang dengan pelajaran ini.  Meski membuat radio ini beregu, tapi rasanya bangga. Apalagi ketika itu, guru elektro nya Pak Ngadimin begitu sabar mengajari kita. Seingat saya, awalnya Pak Ngadimin bukan seorang guru. ( Mohon dimaafkan kalau saya salah) .  Beliau seorang TU atau tata usaha yang memilih keahlian di bidang elektronika.
     Selain mengajar elektro, Pak Ngadimin juga yang memasang semacam intercom  yang menghubungan setiap kelas dengan ruang kepala sekolah. Melalui intercom itu, Kepala sekolah bisa memantau kegiatan belajar mengajar di setiap kelas.  Meski pun hanya melalui suara.  Maklum, saat itu belum ada CCTV.  Jadi memantaunya cukup melalui suara. Masing-masing kelas dipasang satu unit intercom, yang kemudian di hubungkan dalam satu sentral di ruang kepala sekolah. Alat berbentuk kotak  berwarna putih ke abu-abuan itu dipasang  menempel di dinding atas bagian depan. Tepatnya di atas papan tulis.

    Tempat cukup tinggi dan tidak terjangkau oleh kita semua. Alat ini dilengkapi speaker yang cukup sensitive ( setidaknya untuk jaman itu ) sehingga bisa menangkap suara dalam kelas. Saat guru mengajar, atau  muridnya berisik akan tertangkap oleh alat tersebut dan bisa didengar melalui ruang kepala sekolah.


     Jadi sebenarnya, bukan hanya murid yang dipantau oleh kepala sekolah. Tetapi juga para guru-guru yang mengajar di kelas terpantau oleh kepala sekolah. Sekalipun ketika kepala sekolah memencet tombol  intercom dari ruangannya, akan terdengar suara klek…klek….. Sehingga guru juga memahami kalau dirinya sedang dipantau oleh kepala sekolah…..(bersambung )

2 komentar:

  1. Ingatanmu begitu joss sobat....dan pandai merangkai kata shg indah dan enak dibaca. Mantapp.

    BalasHapus
  2. Ceritane runtut banget...enak dibaca
    Kutunggu cerita berikutnya.

    BalasHapus

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...