Teman-Temanku di Surga
(by Aury)
Siapakah teman-teman
masa SMP kamu yang masih kamu ingat? Tidak terlalu sulit untuk menjawab
pertanyaan seperti ini. Paling tidak masih ada beberapa nama yang masih nyantol
dalam ingatan. Dari beberapa nama yang diingat itu, kemudian akan menjadi
jembatan untuk mengingat nama-nama lain yang sudah terlupakan.
Hal seperti itu lah yang
juga saya alami. Ketika saya mengingat Nurwidi misalnya. Pikiran langsung
melayang menuju nama lain, seperti Broto, Surono, Ma'ruf, Asmaudin, Menik ,
Indri , Sustyaningsih, atau Mulyani Nama-nama itu sebenarnya bukan nama
spesial. Juga tidak ada hubungan khusus waktu itu. Ketika sudah berpisah,
mungkin juga terus saling melupakan. Tidak lagi mengingatnya antara satu
sama lain.
Sederet nama itu adalah
teman-teman ku bareng pulang sekolah. Teman kita bersepeda. Pada umumnya kita
bareng dengan sendirinya. Kita sama-sama keluar pada jam yang sama. Tanpa
disadari, kita tiba-tiba menjadi segerombolam anak manusia sepeda, mengayuh
sepeda masing-masing ke arah utara dari sekolah. Jarak rumah diantara kami
juga berjauhan. Tetapi, kami memiliki satu ruas jalur yang sama. Setidaknya
sampai satu titik desa. Tepatnya di desa Klaseman, sebelum akhirnya kita
berpencar. Desa ini berjarak sekitar lima kilometer dari sekolah.
Saya, Nurwidi dan Surono
(alm) biasanya memilih jalur ke kiri lewat Sengkan terus menembus jalan
kaliurang. Sementara Broto dan Mulyani mengambil jalur yang lurus sebelum
akhirnya mereka juga menemukan belokan ke kiri menuju desa Ngabean kulon.
Sementara Ma'ruf dan Asmaudin, juga Menik dan Sustyaningsih mungkin juga Indri
masih setia dalam satu jalur belok ke kanan menyusuri dusun Manukan hingga
sampai Plosokuning.
Jalurnya tentu tidak
persis seperti yang saya ceritakan.Tetapi seperti itulah kira-kira jalur kami
lalui, jalur yang menstimulus ingatan ku terhadap bagian kecil dari teman-teman
SMP ku. Sebenarnya masih banyak lagi teman-teman satu jalur ini. Masih
ada Parno dan Drajat atau Josef. Sebenarnya juga ada Itul. Tetapi, Itul dulu
tidak memilih jalur ini. Ia lebih memilih jalur kota Jalur jalan beraspal,
melalui kowilhan atau asrama 403.
Itulah jalan kenangan
kami. Nurwidi dulu sering menyebutnya Jalur Klaseman. Dulu jalur klasemen masih
sejuk. Masih dipenuhi pohon-pohon besar di pinggir kiri dan kanan jalan.
Sayang, jalannya berdebu. Tanahnya kering, bahkan sedikit berpasir. Sehingga,
ketika kami melewati jalan ini, harus ekstra bertenaga saat mengayuh sepeda.
Sedikit berat, sehingga laju sepeda melambat. Apalagi sepulang sekolah
perut lapar dan menahan dahaga. Tetapi, sepanjang jalan itu kita selalu
bahagia, bercanda bahkan saling mengejek.
Kini, setelah lebih dari
Tiga dasa warsa semuanya telah berubah. Bukan hanya situasi jalan mau pun
desanya. Tetapi juga teman-teman kami. Saya sedih, tatkala mendengar kabar
sudah ada tiga teman dari jalur Klaseman itu kini telah tiada.
Mereka telah berpulang menghadap Sang Khalik, Mereka adalah Surono,
Asma'udin, dan Josef.
Surono, tetangga Nurwidi
yang dulu tinggal di desa Kayen. Surono meninggal karena suatu penyakit yang
telah disandangnya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian juga Asma'udin, teman
yang bertetangga dekat dengan Ma'ruf dan Menik di Plosokuning. Terakhir adalah
Josef, yang tinggal di Sengkan. Kalau tidak salah, Josef meninggal juga karena
penyakit yang dieritanya.
Almarhum Surono orangnya
periang. Tidak pernah marah, sekalipun tersakiti. Suka menolong, dan memiliki
solidaritas yang tinggi kepada sesama teman. Ada satu kenangan yang masih
kuingat bersama Surono. Suatu sore, seusai pelajaran Pramuka. Saat itu
menjelang Maghrib. Jalanan mulai remang, bahkan di jalur Klaseman mulai gelap.
Kami semua baru pulang. Tetapi, apa yang saya dapati dengan sepedaku ? Ban
belakangnya gembos, saat kami akan pulang ke rumah.
Aku sedikit panik.
Satu-satunya bengkel sepeda yang ada di dekat sekolah sudah tutup. Di tengah
kepanikan muncul Surono. "Kenopo, gembos?" Surono bertanya. Aku belum
menjawab. Aku masih dalam kondisi antara galau dan tidak tahu harus berbuat
apa. Surono yang semula berada agak berjauhan datang menghampiriku.
Lalu Ia menyandarkan sepedanya dan mendekati sepedaku. Ia
masih kurang yakin dengan apa yang telah dilihatnya. Kemudian jongkok dan
memencet ban yang sudah kempes."Golek tambal ban neng ndi yo," lagi-lagi
ia bertanya. Aku cuma menggeleng. "Tidak tahu, " kataku.
Tiba-tiba ia nyeletuk, "Neng Babadan, cedak omahe Itul. Kae ono
tukang nembel ban," kata Surono.
"Babadan ? Rumah
Itul ? " kata ku sembari memicingkan mata. Ya jarak sekolah dengan rumah
Itul cukup jauh. Lumayan juga kalau berjalan kaki. Ditengah aku sedang
menimbang dan mencari alternatif, Surono menyahut " Wis dituntun wae, tak
kancani yuk," kata Surono. Tiba-tiba Surono mengambil sepeda ku yang
gembos. Ia menuntunnya sambil berjalan ia berkata," Kowe numpak pit ku
wae." "Hahhhh , kok ngono?" kata ku. "Ora popo, aku
mlaku wae, Kowe ngepit nganggo pit ku," Kata Surono.
Akhirnya kita berjalan
beriringan. Surono menuntun sepeda ku yang gembos. Sedangkan aq menuntun sepeda
Surono. Kadang kita boncengan, sambil Surono menuntun sepeda. Tapi lebih banyak
jalan kaki sambil mengobrol. Tak terbesit pikiran apa pun saat itu. Yang aku
ingat, aku senang karena ada yang menemani. Sampai akhirnya kami
menemukan tambal ban. Itu sekelumit kenangan ku terhadap Surono.
Asma'din, badannya
bongsor. Tapi kelakuannya tidak jauh berbeda dengan kita-kita yang berbadan
kecil atau biasa-biasa. Aku juga sering bareng pulang sekolah. Asma'udin
bukan tipe pendiam, tetapi ia tidak banyak bicara. Ia pandai mengaji. Beberapa
kali aku belajar mengaji padanya. Selepas SMP aku masih sering bertemu
dengannya. Kebetulan dia melanjutkan sekolahnya di MAN, sejalur dengan SMA 6
tempat aku melanjutkan sekolah. Tidak jarang aku bareng satu angkutan umum
sama Asma'udin. Bahkan, beberapa kali aku berboncengan motor dengannya.
Seperti halnya Surono, Asma'udin juga sosok teman yang sangat baik.
Selain nama-nama
tersebut di atas, masih terdapat sejumlah nama lain yang juga sudah menghadap
sang khalik. Masih ada Pratiwi, Wanti, Aris dan Nurfaizah. Diantara nama-nama
itu, sedikit banyak aku masih bisa mengingatnya. Kini, mereka tentu sudah damai
di Surga. Semoga teman-teman yang sudah mendahului kita selalu mendapatkan
tempat yang layak di sisiNya. Mari kita selalu mendoakan mereka di setiap doa
yang kita panjatkan kepadaNya. Mereka yang telah mendahului kita adalah
orang-orang terbaik yang pernah kita kenal.
Kematian adalah proses
yang pasti dirasakan oleh semua makhluk hidup. Kita tidak bisa menentukan kapan
kita akan mati. Namun, kita bisa memilih cara bagaimana kita akan mati. Kita
tidak pernah bisa tahu kapan kita akan mati. Tetapi kita diberikan keleluasaan
untuk memilih jalan kematian kita. Yang pasti, semua orang bisa belajar dari
kematian orang lain. Bahwa hidup ini, tidaklah kekal. Bahwa kapan pun kita bisa
mati dengan cara apa pun yang tidak pernah kita duga sebelumnya.
Kematian adalah rahasia
Alloh. Banyak hal yang bisa kita pelajari, mengapa kematian selalu menjadi
misteri.Mungkin Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menunda -nunda menunaikan
amal. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa hai manusia tidak hanya
mencintai dunia tetapi juga Akhiratnya. Untuk semua teman-teman ku yang sudah
berada di alam baka, semoga kalian semua diampuni akan dosa dan khilafmu. Kami
akan selalu mengucap doa untuk mu di setiap doa yang kami panjatkan kepada Nya.
Kami akan selalu mengenangmu....
Hmm..aku Yo tau bareng ngepit ..klasemen ngalor kebak wit sonokeling..
BalasHapusSorry bro durung keaebut yo jenengmu...kelalen wkwkwk
HapusSorry bro durung keaebut yo jenengmu...kelalen wkwkwk
HapusTulisane apik...dadi wartawan wae Tin....
BalasHapusBaik Tin....aku jg inget temen temen tadi...Surono.Asmaudin.Yosep kita doakan semoga sobat sobat kita diterima disisiNya. Untuk nurwidi segera sembuh dari penyakitnya....tolong panitia reuni bisa diagendakan menjenguk baik yg sakit....maupun yg telah meninggal
..kerumahnya n ke makamnya kita doakan.
Neng angkot wae iso nulis uakkihh.. Opomeneh numpak mersedesmu Ry..
BalasHapusUdah kesebut Tin Nano....podowae Suparno.
BalasHapusTulisane seorang jurnalis yo tetep bedo..
BalasHapusTemen-temen yang di surga pasti tersenyum...ikut bangga .
Dan semoga jiwa mereka damai. Amin