Senin, 24 Oktober 2016

Teman-Temanku di Surga (by Aury)



Teman-Temanku di Surga (by Aury)

Siapakah teman-teman masa SMP kamu yang masih kamu ingat? Tidak terlalu sulit untuk menjawab pertanyaan seperti ini. Paling tidak masih ada beberapa nama yang masih nyantol dalam ingatan. Dari beberapa nama yang diingat itu, kemudian akan menjadi jembatan untuk mengingat nama-nama lain yang sudah terlupakan.

Hal seperti itu lah yang juga saya alami. Ketika saya mengingat Nurwidi misalnya.  Pikiran langsung melayang menuju nama lain, seperti Broto, Surono, Ma'ruf, Asmaudin, Menik , Indri , Sustyaningsih, atau Mulyani  Nama-nama itu sebenarnya bukan nama spesial. Juga tidak ada hubungan khusus waktu itu. Ketika sudah  berpisah,  mungkin juga terus saling melupakan. Tidak lagi mengingatnya antara satu sama lain.

Sederet nama itu adalah teman-teman ku bareng pulang sekolah. Teman kita bersepeda. Pada umumnya kita bareng dengan sendirinya. Kita sama-sama keluar pada jam yang sama. Tanpa disadari, kita tiba-tiba menjadi segerombolam anak manusia sepeda, mengayuh sepeda masing-masing ke arah utara dari sekolah. Jarak rumah diantara kami juga berjauhan. Tetapi, kami memiliki satu ruas jalur yang sama. Setidaknya sampai satu titik desa. Tepatnya di desa Klaseman, sebelum akhirnya kita berpencar. Desa ini berjarak sekitar lima kilometer dari sekolah. 

Saya, Nurwidi dan Surono (alm) biasanya memilih jalur ke kiri lewat Sengkan terus menembus jalan kaliurang. Sementara Broto dan Mulyani mengambil jalur yang lurus sebelum akhirnya mereka juga menemukan belokan ke kiri menuju desa Ngabean kulon. Sementara Ma'ruf dan Asmaudin, juga Menik dan Sustyaningsih mungkin juga Indri masih setia dalam satu jalur belok ke kanan menyusuri dusun Manukan hingga sampai Plosokuning. 

Jalurnya tentu tidak persis seperti yang saya ceritakan.Tetapi seperti itulah kira-kira jalur kami lalui, jalur yang menstimulus ingatan ku terhadap bagian kecil dari teman-teman SMP ku.  Sebenarnya masih banyak lagi teman-teman satu jalur ini. Masih ada Parno dan Drajat atau Josef. Sebenarnya juga ada Itul. Tetapi, Itul dulu tidak memilih jalur ini. Ia lebih memilih jalur kota Jalur jalan beraspal, melalui kowilhan atau asrama 403.

Itulah jalan kenangan kami. Nurwidi dulu sering menyebutnya Jalur Klaseman. Dulu jalur klasemen masih sejuk. Masih dipenuhi pohon-pohon besar di pinggir kiri dan kanan jalan. Sayang, jalannya berdebu. Tanahnya kering, bahkan sedikit berpasir. Sehingga, ketika kami melewati jalan ini, harus ekstra bertenaga saat mengayuh sepeda. Sedikit berat, sehingga laju sepeda  melambat. Apalagi sepulang sekolah perut lapar dan menahan dahaga. Tetapi, sepanjang jalan itu kita selalu bahagia, bercanda bahkan saling mengejek.

Kini, setelah lebih dari Tiga dasa warsa semuanya telah berubah. Bukan hanya situasi jalan mau pun desanya. Tetapi juga teman-teman kami. Saya sedih, tatkala mendengar kabar sudah ada tiga teman dari jalur Klaseman  itu kini telah tiada.  Mereka telah berpulang menghadap Sang Khalik, Mereka adalah Surono, Asma'udin, dan Josef.

Surono, tetangga Nurwidi yang dulu tinggal di desa Kayen. Surono meninggal karena suatu penyakit yang telah disandangnya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian juga Asma'udin, teman yang bertetangga dekat dengan Ma'ruf dan Menik di Plosokuning. Terakhir adalah Josef, yang tinggal di Sengkan. Kalau tidak salah, Josef meninggal juga karena penyakit yang dieritanya.

Almarhum Surono orangnya periang. Tidak pernah marah, sekalipun tersakiti. Suka menolong, dan memiliki solidaritas yang tinggi kepada sesama teman. Ada satu kenangan yang masih kuingat bersama Surono. Suatu sore, seusai pelajaran Pramuka. Saat itu menjelang Maghrib. Jalanan mulai remang, bahkan di jalur Klaseman mulai gelap. Kami semua baru pulang. Tetapi, apa yang saya dapati dengan sepedaku ? Ban belakangnya gembos, saat kami akan pulang ke rumah.

Aku  sedikit panik. Satu-satunya bengkel sepeda yang ada di dekat sekolah sudah tutup. Di tengah kepanikan muncul Surono. "Kenopo, gembos?" Surono bertanya. Aku belum  menjawab. Aku masih dalam kondisi antara galau dan tidak tahu harus berbuat apa.  Surono yang semula berada agak berjauhan datang menghampiriku.  Lalu  Ia menyandarkan sepedanya dan mendekati sepedaku. Ia masih kurang yakin dengan apa yang telah dilihatnya. Kemudian  jongkok dan memencet ban yang sudah kempes."Golek tambal ban neng ndi yo," lagi-lagi ia bertanya. Aku cuma menggeleng. "Tidak tahu, " kataku.  Tiba-tiba ia nyeletuk, "Neng Babadan, cedak omahe Itul. Kae ono tukang nembel ban," kata Surono.

"Babadan ? Rumah Itul ? " kata ku sembari memicingkan mata. Ya jarak sekolah dengan rumah Itul cukup jauh. Lumayan juga kalau berjalan kaki. Ditengah aku sedang menimbang dan mencari alternatif, Surono menyahut " Wis dituntun wae, tak kancani yuk," kata Surono. Tiba-tiba Surono mengambil sepeda ku yang gembos. Ia menuntunnya sambil berjalan ia berkata," Kowe numpak pit ku wae." "Hahhhh ,  kok ngono?" kata ku. "Ora popo, aku mlaku wae, Kowe ngepit nganggo pit ku," Kata Surono.

Akhirnya kita berjalan beriringan. Surono menuntun sepeda ku yang gembos. Sedangkan aq menuntun sepeda Surono. Kadang kita boncengan, sambil Surono menuntun sepeda. Tapi lebih banyak jalan kaki sambil mengobrol. Tak terbesit pikiran apa pun saat itu. Yang aku ingat, aku senang  karena ada yang menemani. Sampai akhirnya kami menemukan tambal ban.  Itu sekelumit kenangan ku terhadap Surono.

Asma'din, badannya bongsor. Tapi kelakuannya tidak jauh berbeda dengan kita-kita yang berbadan kecil atau biasa-biasa. Aku  juga sering bareng pulang sekolah. Asma'udin bukan tipe pendiam, tetapi ia tidak banyak bicara. Ia pandai mengaji. Beberapa kali aku belajar mengaji padanya. Selepas SMP aku masih sering bertemu dengannya. Kebetulan dia melanjutkan sekolahnya di MAN, sejalur dengan SMA 6 tempat aku melanjutkan sekolah. Tidak jarang aku bareng satu angkutan umum sama Asma'udin. Bahkan, beberapa kali aku berboncengan motor dengannya.  Seperti halnya Surono, Asma'udin juga sosok teman yang sangat baik.

Selain nama-nama tersebut di atas, masih terdapat sejumlah nama lain yang juga sudah menghadap sang khalik. Masih ada Pratiwi, Wanti, Aris dan Nurfaizah. Diantara nama-nama itu, sedikit banyak aku masih bisa mengingatnya. Kini, mereka tentu sudah damai di Surga. Semoga teman-teman yang sudah mendahului kita selalu mendapatkan tempat yang layak di sisiNya. Mari kita selalu mendoakan mereka di setiap doa yang kita panjatkan kepadaNya. Mereka yang telah mendahului kita adalah orang-orang terbaik yang pernah kita kenal.

Kematian adalah proses yang pasti dirasakan oleh semua makhluk hidup. Kita tidak bisa menentukan kapan kita akan mati. Namun, kita bisa memilih cara bagaimana kita akan mati. Kita tidak pernah bisa tahu kapan kita akan mati. Tetapi kita diberikan keleluasaan untuk memilih jalan kematian kita. Yang pasti, semua orang bisa belajar dari kematian orang lain. Bahwa hidup ini, tidaklah kekal. Bahwa kapan pun kita bisa mati dengan cara apa pun yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Kematian adalah rahasia Alloh. Banyak hal yang bisa kita pelajari, mengapa kematian selalu menjadi misteri.Mungkin Tuhan mengingatkan kita untuk tidak menunda -nunda menunaikan amal. Mungkin Tuhan ingin mengingatkan kita bahwa  hai manusia tidak hanya mencintai dunia tetapi juga Akhiratnya. Untuk semua teman-teman ku yang sudah berada di alam baka, semoga kalian semua diampuni akan dosa dan khilafmu. Kami akan selalu mengucap doa untuk mu di setiap doa yang kami panjatkan kepada Nya. 


Kami akan selalu mengenangmu....

7 komentar:

  1. Hmm..aku Yo tau bareng ngepit ..klasemen ngalor kebak wit sonokeling..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sorry bro durung keaebut yo jenengmu...kelalen wkwkwk

      Hapus
    2. Sorry bro durung keaebut yo jenengmu...kelalen wkwkwk

      Hapus
  2. Tulisane apik...dadi wartawan wae Tin....
    Baik Tin....aku jg inget temen temen tadi...Surono.Asmaudin.Yosep kita doakan semoga sobat sobat kita diterima disisiNya. Untuk nurwidi segera sembuh dari penyakitnya....tolong panitia reuni bisa diagendakan menjenguk baik yg sakit....maupun yg telah meninggal
    ..kerumahnya n ke makamnya kita doakan.

    BalasHapus
  3. Neng angkot wae iso nulis uakkihh.. Opomeneh numpak mersedesmu Ry..

    BalasHapus
  4. Udah kesebut Tin Nano....podowae Suparno.

    BalasHapus
  5. Tulisane seorang jurnalis yo tetep bedo..
    Temen-temen yang di surga pasti tersenyum...ikut bangga .
    Dan semoga jiwa mereka damai. Amin

    BalasHapus

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...