Rabu, 19 Oktober 2016

NaSri oh NAsri (by Aury)

Nasri Oh Nasri
by Auri Jaya
    Selamat Pagi semua Alumni SMP Condong-Catur. Hari ini aku kembali bercerita masa lalu. Sebenarnya, aku tidak menyukai cerita masa lalu. Karena, masa lalu ku tidak ada yang indah. Namun, Ada beberapa teman yang meminta saya terus bercerita. Salah satunya Nasri Aji. Dulu aku pernah sekelas sama dia Tepatya awal-awal masuk sekolah di SMP.  Aku tidak ingat benar perilakunya saat itu. Namun, ketika disebut namanya, ia masih ada di memori otak ku. Nasri Aji. Ketika namanya disebut, terbayang oleh ku sosok manusia kecil tinggi tampang usil namun seingat ku awal-awal masuk kelas dia itu penakut.

    Tapi itu dulu. Sekarang namanya cukup populer di kalangan alumni. Terutama di grup WA alumni. Celetukannya kadang lucu, tidak jarang juga  saru.  Malah kadang ya ngawur !!! Bakatnya ngusilin orang juga masih terpupuk subur. Bagi yang sudah melupakan figurnya, pasti akan sakit hati membaca celoteh awalnya. Tetapi saya yakin, bukan maksud Nasri untuk menyakiti teman sendiri jika ada yang tersinggung ocehanya. Tetapi, mungkiiinnn, Nasri sudah merasa akrab dengan semua anggota alumni Jadi dia tanpa sadar sering kebablasan. Dia mungkin lupa, bahwa teman-teman SMP nya itu sudah ia tinggalkan selama 33 tahun. Ia lupa bahwa selama tiga puluh tiga tahun itu waktu yang panjang, selama itu pula banyak perubahan yang dialami oleh teman-temannya, termasuk dirinya. Mungkin juga ia lupa bahwa kredo kembali ke masa SMP itu butuh waktu. Ada yang bisa cepat menyesuaikan, tetapi ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama.

    Itu sekelumit tentang salah satu teman kita Nasri Aji. Kemarin dia japri meminta aku menulis ngisi blog "Tin mbok nulis crito meneh" katanya. Ya kalau cuma disuruh nulis aku sanggupi. Maka japriannya langsung aku jawab " Saiki ?", dan tanpa menunggu jawabannya aku lanjutkan "Ya". Menulis bukan sesuatu yang sulit. Soal bagus atau tidak itu soal nanti.  Toh Nasri juga cuma minta aku menulis. Tidak ada kata-kata agar menulis yang bagus. Dia cuma meminta jangan menulis di angkot. "Ning ojo mbok tulis neng angkot, nek kuwi nyindir aku," tulis Nasri. Terus terang permintaan nasri itu menggelitik pikiran ku. Ada apa ya Nasri itu ? Wong nulis di angkot saja, ko merasa tersindir?

    Kebetulan, ketika nasri meminta nulis aku sedang dalam perjalanan menuju ke  kantor.  Aku juga lagi gak punya ide mau menulis apa lagi. Akhirnya aku putuskan aku turun di jalan. Mobil yang mengantar ku ke kantor tak suruh pergi duluan. Aku pindah naik angkot. Apa yang tidak dimauin Nasri menjadi ide saya untuk menulis. Aku berhenti di depan pasar Kebayoran Lama. Dari situ banyak angkutan umum yang melewati kantor ku. Dan dalam waktu singkat aku bisa mendapatkan angkot yang aku cari Dari situlah kemudian akan mendapatkan sekelumit cerita tak bermutu yang sudah diupload di blog  oleh temen kita yang sangat baik hati H*n*d*y* kemarin.

   
H*n*d*y* aku ingat dia. Aku memang tidak pernah sekelas sama dia. Tetapi, dulu namanya sering disebut guru matematika ku Bu Dyah Wardhani. Aku ingat sekali  bagaimana ketika itu Bu  Dyah selalu memuji H*n*d*y*. Ia anak yang pandai, rajin dan selalu rapi. "Kalau di kelas A, H*n*d*y* itu rajin dan pinter," kata Bu Dyah. Ia rajin mengerjakan pekerjaan  rumah alias PR. Pekerjaannya bagus, tulisannya rapi. Itu kata Bu Dyah.  Karena namanya selalu dipuji guru, waktu itu aku diam-diam mencari tahu, mana sih yang namanya H*n*d*y* itu ? Setelah mlihat batang hidungnya, "ooh itu toh," pikirku. Ya sudah, kalau lihat H*n*d*y* bayangan ku ya ke Bu Dyah!!!!

    Tentu
H*n*d*y* yang dulu pasti tidak jauh beda dengan yang sekarang. Dia pasti masih rapi seperti dulu. Pasti dia juga masih rajin seperti dulu. Buktinya, dia sekarang masuk jajaran orang penting di sebuah perusahaan besar berskala internasional (iki aury ngarang bangetttt - Admin). Tidak semua orang bisa masuk ke perusahaan tempat H*n*d*y* bekerja saat ini. Tentu, bekerja di perusahaan tempat H*n*d*y* bekerja adalah menjadi impian banyak orang. Toh begitu, di sela-sela kesibukannya yang padat H*n*d*y* masih menyempatkan diri untuk mengelola blog untuk temen-teman alumni SMP. Terima kasih H*n*d*y*, Anda memang Hebat !!!

    Mengingat masa-masa SMP ternyata memang beda dengan masa sesudahnya. Semisal masa SMA atau sesudahnya. Masa SMP itu bisa jadi pijakan. Sekalipun masa itu adalah masa-masa khayalan. Hanya sebatas berkhayal. Tidak ada eksekusi. Contohnya, soal naksir cewek aja. Kala itu ada rasa suka sama cewek, ya cuma di batin. Belum mampu mengutarakan niatnya. Tidak punya kata-kata yang indah untuk merayu lawan jenisnya. Kalau pun berani, paling hanya sebatas mengirim sinyal bahwa aku ada rasa dengannya.  Tetapi, Sinyal yang dikirim tidak di respon sama ceweknya. Ceweknya gak dong, bahkan belum ngerti apa itu artinya cinta. Lebih sial lagi, jika sinyal cinta itu ditanggapi negatif. Bukan menolak, tetapi karena ketidak tahuan si perempuan. Ya begitulah. Proses pendewasaan seseorang memang tidak selalu sama. Ada perempuan yang cepet dewasa dan mengerti apa itu kasih sayang. Tetapi tidak sedikit pula perempuan yang lambat mengerti akan kehangatan itu. Saya kira, semua mengalami dan bisa menyadari sekarang.

    Kala SMP aku juga bukan siapa-siapa. Semua serba biasa-biasa saja. Tidak ada prestasi yang menonjol. Pernah aku merasa bangga karena menjadi juara I pidato dalam perlombaan Lustrum SMP. Aku dapat piagam. Senang rasanya. Tetapi, rasa senang dan bangga itu pupus seketika, ketika aku sempat menanyakan ke Guru Bahasa Indonesia Ibu Masquroh. Bu Guru yang menurutku waktu itu lumayan cantik. Kulitnya putih, mulus, cantik parasnya dan lembut penampilannya. Ehm... kala itu aku pernah berkhayal ingin punya istri kayak dia. Tetapi, khayalan itu kemudian menghilang ketika aku mulai mengerti jatuh cinta. Aku jatuh hati dengan gadis yang sama sekali tidak mirip dia. Kulitnya tidak putih, tampilannya juga tidak selembut Ibu Masquroh.....

    Kembali ke soal piagam Pidato. Seusai menerima piagam kemenangan, aku disalami ibu Masquroh. Aku ingat benar kata-katanya waktu itu, "Selamat ya kamu juara. Kamu ada bakat jadi pemimpin," kata Bu Masquroh.  Aku diwejang sedikit sama Bu Masquroh. Meski ketika itu aku sudah tidak mengidolakannya lagi, tetapi aq masih tetap mengagumi kelembutannya. Nada bicaranya lembut, seakan membiusku ke alam mimpi indah dan penuh keibuan. Aku tatap gerakan bibirnya yang selalu merah merona itu. "Sebagai wali kelas, Ibu berterima kasih," kata Ibu Masquroh.  Usai bicara aku sempat bilang ," Bu jangan-jangan karena Ibu walikelas saya dimenangkan," kata ku. Kebetulan, Bu Masquroh adalah salah satu yurinya. "Tidak juga. Kamu bener berpidato. Peserta lainnya kan banyak yang malah berdeklamasi," kata Bu Masquroh setengah tersenyum. Jadi pendek kata, aku juara satu pidato, karena pesertanya cuma satu. Peserta yang lain tidak berpidato, tetapi malah berdeklamasi bahkan ada yang melawak. Alamaaaakkkk!!!! ( bersambung )


7 komentar:

  1. Ha ha ha , tulisanmu apik dan lucuuu.
    Sayangnya ga kesampaian mendapatkan seperti Ibu Masquroh, tapi pasti hatinya seperti baliau.
    Aku ikut memuji dech temanmu si H*n*d*y* memang benar kata Bu Dyah.

    BalasHapus
  2. @ aury
    @ lest
    ya amppyuunnn..kui bu diyah mung crito ben termotivasi thok
    sakjane cuman fiksi
    h*n*d*y* itu cuman nama khayalan.
    ben seru wae...

    BalasHapus
  3. Hebat sih hebat ....pidatone judule 17 agustus...berapi api.
    Numpang sombong jg ye....lustrum 1 aq juara I volleyball

    BalasHapus
  4. Aku juara tepas balon + mangan krupuk..

    BalasHapus
  5. Om nano juara ngerayu Agung Margi A...
    Dmn sekarang agung om?

    BalasHapus
  6. Agung kui lanang po wedok to?
    jiaannn kuper tenan aku ki...

    BalasHapus

Halan-Halan Healing Horeg Heboh [5H]

Daripada, daripada.. mendingan jalan-jalan ngudoroso menikmati keindahan ciptaan Tuhan. 11 Agustis 2024, bersama teman-teman ke Magelang.  s...